Sebarkan Kemajuan Indonesia-Tiongkok lewat Radio 65 Bahasa
Pierre mengatakan tidak ingin selamanya berada di Tiongkok. ”Suatu saat saya ingin pulang juga. Tidak seperti sekarang, yang hanya bisa pulang setahun sekali,” ucapnya. Namun, saat ditanya kapan ingin pulang dan berkarya di Indonesia, pemuda berkacamata itu hanya mengangkat bahu.
Saat ini CRI tidak mengudara secara live. Namun mengandalkan siaran lewat streaming di internet, terutama melalui media sosial macam Twitter, YouTube, Facebook, atau media sosial bikinan Tiongkok Weibo. Beberapa tahun belakangan CRI bekerja sama dengan salah satu radio swasta di Jakarta yang memiliki jaringan ke sejumlah kota di Indonesia.
Salah satu program unggulannya adalah Lensa Interaktif atau Lentera. Program tersebut mengudara pada jam prime time. Lentera cukup diminati para pendengar muda. Tidak jarang mereka curhat lewat program Lentera. ”Sayang, kerja sama itu terpaksa putus awal 2014 karena radio di Jakarta tersebut sedang fokus menggarap isu pemilu,” ungkap Liu.
Program lain yang cukup diminati pendengar di Indonesia adalah Blitz Asia. Program itu disiarkan lewat streaming di akun Facebook Lentera dan Indo CRI. Para netizen biasa mendengarkan lagu-lagu Asia dalam program tersebut. ”Ketika proses pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia, kami juga update beritanya dengan mengontak pihak KBRI langsung,” ucap Liu.
Program siaran berbahasa Indonesia mengudara sejak 1951. Meski hubungan Indonesia dengan Tiongkok sempat putus pada 1965 akibat peristiwa G 30 S/PKI, program siaran berbahasa Indonesia tidak terhenti. Saat ini CRI menempatkan dua koresponden di ASEAN. Seorang berada di Jakarta bernama Indrawan dan seorang lagi menjadi koresponden di Singapura, Sarah Chow.
Lewat program-program macam Lentera dan Blitz Asia, CRI mempromosikan Tiongkok kepada pendengar di Indonesia. Ada pula program yang dinamakan Beijing Banget. Program berbahasa Indonesia mengudara lima jam dalam sehari. Harapannya, pendengar di Indonesia semakin mengenal Tiongkok dan tidak ragu untuk datang ke Negeri Tirai Bambu tersebut.
Program-program serupa dibuat dalam berbagai bahasa dengan konten yang disesuaikan dengan selera pendengar di tiap negara. Lewat siaran tersebut, perlahan tapi pasti informasi seputar Tiongkok mengudara di seluruh penjuru dunia.
Liu menambahkan, CRI tidak khawatir tersaingi media-media yang berkembang saat ini, terutama online. Bagaimanapun, radio memiliki segmentasi tersendiri yang tidak mungkin disamakan dengan koran, televisi, dan media online. ”Penggunaan media sosial hanya untuk membantu kami berimprovisasi melayani para pendengar,” ucapnya.(*/c9/kim)
GEDUNG 14 lantai menyambut kedatangan delegasi Jawa Pos ke kantor China Radio International (CRI) 3 September lalu. Terletak di salah satu kawasan
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408