Sebelum Asrul Sani dan Chairil Anwar Menjadi Bintang

Sebelum Asrul Sani dan Chairil Anwar Menjadi Bintang
Asrul Sani (kiri) dan Chairil Anwar (kanan). Foto: Public Domain.

"Eh, aku yang bayar ini?"

"Kaulah. Tak mungkin aku yang lusuh begini yang membayar. Malulah kau sama pakaian necismu itu…"

Keduanya tertawa. 

***

Aksi di toko buku itu berjalan sesuai rencana. Dua pemuda itu melenggang meninggalkan toko. Hanya saja, Nietzsche yang diincar, kitab Injil yang terambil. Keduanya bersampul hitam dan dipajang di rak yang sama; buku filsafat dan agama.

Ini pun mengundang derai tawa keduanya. 

"Itulah aksi pencurian buku pertama dan terakhir bersama Chairil yang diikuti Asrul," ungkap Hasan. 

Dulu, di Batavia ada dua toko buku yang koleksinya oke. Van Dorp dan G.Kolff. Di kedua toko itulah sang penyair kerap beraksi. Chairil punya pembenaran. Toko itu milik orang Belanda. Bangsa yang merampok kekayaan Indonesia. 

ASRUL Sani dan Chairil Anwar bertandang ke toko buku. Begitu mendapati buku Also Sprach Zarathustra karya Nietzsche, mereka bereaksi, "wah,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News