Sebelum ini Tak Ada Perayaan Natal
jpnn.com - KEDUTAAN Besar Indonesia untuk Belanda pertamakali merayakan Natal ketika dipimpin Fanny Habibie, adik Presiden B.J. Habibie. Sebelumnya tak pernah. Ini kisahnya...
26 Desember 2009. Wisma Duta Besar Republik Indonesia untuk Belanda di Wassenar diliputi salju tebal. Di pekarangannya yang luas berdiri sebuah tenda. Lengkap dengan alat pemanas dan toilet.
Sekitar 1.500 umat Kristiani--umumnya orang Indonesia yang menetap di Belanda--berkumpul di tenda nan besar itu.
"Ini adalah perayaan Natal ketiga kalinya sejak Dubes Junus Effendi Habibie bertugas di Negeri Belanda," tulis Rosihan Anwar dalam buku Napak Tilas ke Belanda.
Menurut Rosihan, sebelum dijabat Fanny Habibie--demikian adik Presiden B.J. Habibie itu karib disapa--bertugas di Belanda, tiada dubes menyelenggarakan perayaan Natal. Hanya Idul Fitri yang dirayakan.
"Fanny Habibie mengubahnya," ungkap Rosihan. "Logikanya adalah NKRI negara Pancasila, menjunjung multikulturalisme dan pluralisme, jadi bila tiap tahun diadakan perayaan Idul Fitri di Wisma Duta, mengapa tidak juga Natal?"
Para tamu disuguhi makanan prasmanan. Menunya nasi, rendang padang, soto madura, keliyo ayam, sayur lodeh, buah-buahan dan desert. Nyaris serupa rijsttafel--menu andalan Hotel des Indies (kini pertokoan Duta Merlin di kawasan Harmoni) di zaman kolonial.
"Kita senang melihat tamu-tamu bule makan lahap," kenang Rosihan yang hadir di tengah perayaan tersebut.
KEDUTAAN Besar Indonesia untuk Belanda pertamakali merayakan Natal ketika dipimpin Fanny Habibie, adik Presiden B.J. Habibie. Sebelumnya tak pernah.
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- Memperingati Kudatuli, PDIP Bersama Korban Rezim Otoriter Tabur Bunga di Kantor Partai
- Festival Maek 2024 Akhirnya Digelar, Kenalkan Sejarah Megalitikum di Minangkabau
- Final EURO 2024 dan Stadion Megah dengan Sejarah Kelam Nazi
- Pemda Batang Sambut Baik Gagasan PMB Tentang Penulisan Sejarah
- Presiden Jokowi Apresiasi Blok Rokan, Ini Paling Terbesar dan Produktif dalam Sejarah