Sebuah Kisah yang Indonesia Tak Ingin Dunia Tahu

Sebuah Kisah yang Indonesia Tak Ingin Dunia Tahu
Ronny Kareni menghiasi wajahnya dengan warna-warni bendera Bintang Kejora, simbol gerakan Papua Merdeka. (Foreign Correspondent: Greg Nelson ACS)

Penggunaan tentara anak-anak dilarang berdasarkan hukum internasional.

"Anak-anak tidak bergabung karena Egianus meminta mereka melakukannya. Mereka yang ayahnya ditembak, disiksa, kemudian mati - akibatnya banyak yang akan ikut," katanya.

"Banyak anak sekolah di Nduga yang ikut perang," tambah Raga.

Kini muncul sejumlah video yang menunjukkan dugaan pelanggaran hak asasi manusia oleh pihak Indonesia.

Satu klip dari video tersebut memperlihatkan kuburan yang tak begitu dalam, berisi mayat tiga perempuan Papua dan dua anak-anak. Aktivis HAM mengklaim korban ini ditembak oleh aparat keamanan Indonesia.

Sebuah Kisah yang Indonesia Tak Ingin Dunia Tahu Photo: Tentara anak-anak di antara pasukan bersenjata pimpinan Egianus Kogoya. (Supplied)

 

Indonesia membantah telah melakukan pelanggaran HAM dan menyatakan aparat keamanan mereka merupakan "organisasi militer profesional yang tunduk pada kode etik yang ketat dan aturan prosedur dalam melakukan operasi, termasuk kewajiban untuk menghormati dan mempromosikan HAM".

"Prinsip-prinsip HAM juga telah dimasukkan ke dalam rules of engagement," pernyataan dari Kedutaan Besar RI di Canberra.

Penduduk salah satu desa di dataran tinggi Papua, di wilayah Indonesia paling timur, kini kembali ke kampungnya dan menemukan puing-puing rumah mereka yang hangus terbakar

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News