Sebulan, Satu Pelajar Tewas Akibat Tawuran

Sebulan, Satu Pelajar Tewas Akibat Tawuran
Sejumlah siswa SMA yang terlibat tawuran di Jakarta. Foto: Haritsah Almudatsir/Jawa Pos

Sekadar diketahui, sekolah menjadi cukup rumit bagi remaja cowok dengan kehadiran geng pelajar itu. Jika tidak mau bergabung, siswa bisa di-bully dan tidak dianggap cowok. Sesuatu yang bagi orang tua dan pengamat terlihat sepele. Namun, itu justru the whole world bagi remaja yang bersangkutan. Mereka yang bernyali kecil biasanya menjadi bulan-bulanan, kadang di-bully atau dipalakin. Sesuatu yang memalukan bagi kredibilitas remaja cowok.

Karena itu, ketika Ando mengajak bergabung, Franky tidak punya pilihan lain kecuali mengiyakan. Ternyata geng pelajar memiliki serangkaian aturan perekrutan. Tes pertama adalah daya tahan. Tetapi, itu tidak sesederhana namanya. Calon anggota harus tahan digebuki para panglimanya.

”Badan saya ngilu semua selama seminggu,” kata Franky.

Setelah itu, dia diajari macam-macam, mulai membuat senjata hingga taktik tawuran. Puncak hierarki geng pelajar tersebut adalah panglima. Merekalah yang menjadi pewaris dendam yang turun-temurun.

Seorang panglima biasanya sangat brutal supaya mendapat hormat dari para alumnus. Sebagai penguasa de facto, panglima mempunyai sejumlah hak. Salah satunya, memilih pendamping. Tugasnya dalam tawuran adalah memimpin, menyerang, atau mundur.

Di Geng KJ35 ada tiga panglima. Namun, Ando punya tingkat kenekatan lebih. Karena itu, dia mendapat julukan sangar, yakni Sang Naga, dari panglima lain dan anak buah. Khusus para panglima, mereka akan mewarisi dendam abadi dari para alumnus. Sebab, pada tahun kemarin SMK 35 KJ kalah.

Kekalahan tersebut juga harus dibayar mahal. Wahyu Kurniadi (19), seorang panglima mereka, tewas akibat tebasan anggota geng SMK 53 KML.

Setiap panglima membawahkan 30–50 anak untuk tawuran. Dia berhak mengangkat pendamping yang dijabat Franky. Tugasnya mengoordinasi massa dan mencari peralatan bersama siswa lain.

JAKARTA - Soal kekerasan, dunia pelajar di Jakarta sungguh masuk situasi darurat. Tidak perlu banyak analisis. Data menunjukkan hal itu. Sepanjang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News