Sebut Muslim Berhak Membunuh Orang Prancis, Mahathir Mohamad Tidak Merasa Bersalah
jpnn.com, KUALA LUMPUR - Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad merasa responsnya terhadap pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron telah disalahtafsirkan.
Dia mengaku kesal karena sebagian pihak mengambil pernyataan yang kini telah dihapus oleh Twiiter tersebut keluar dari konteks.
"Saya benar-benar muak dengan upaya yang salah dalam menggambarkan dan mengambil keluar dari konteks apa yang saya tulis di blog saya kemarin," kata Mahathir melalui blog-nya di Kuala Lumpur, Jumat (30/10).
Untuk diketahui, pada Kamis (29/10), Mahathir mengunggah serangkaian twit tentang peristiwa yang terjadi di Prancis.
Salah satu twitnya berbunyi, "Muslim berhak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis atas pembantaian di masa lalu."
Twit tersebut langsung mendapat kecaman dari banyak pihak. Tak lama kemudian pihak Twitter menghapus cuitan tersebut atas dasar melanggar peraturan.
Meski secara jelas menyatakan bahwa sekelompok orang memiliki hak untuk membunuh kelompok lainnya karena sesuatu yang terjadi di masa lampau, Mahathir bersikeras bahwa tidak ada yang salah dari twitnya tersebut.
"Mereka berhenti di sana dan menyiratkan bahwa saya sedang mempromosikan pembantaian Prancis," ujar dia.
Mahathir Mohamad merasa tidak ada yang salah dalam pernyataanya tentang hak muslim membunuh orang Prancis
- Dunia Hari Ini: 51 Pria Dijatuhkan Hukuman Atas Kasus Pemerkosaan Prancis
- Hadiri KTT D-8, Prabowo Kritik Negara Muslim Masih Kurang Kompak
- Muzz Gelar Acara Singles Mingle untuk Jomblo Muslim di Jakarta
- Dompet Dhuafa Ajak Masyarakat Mengenal Zakat, Syarat, dan Jenisnya Menurut Islam
- Kisah Sukses Perjalanan Bisnis Mybamus, Brand Fashion Muslim Lokal yang Go Pasar Internasional Bersama Shopee
- Kembangkan Bisnis, Anak Usaha ABMM Akuisisi Perusahaan Logistik Global Asal Prancis