Sebutlah Soeharto Apa Adanya
Sabtu, 23 Oktober 2010 – 00:22 WIB
Tetapi jika kita memuja-muji dan menghujat belaka, dengan seluruh argumentasi dan beberan fakta hanya akan melahirkan pro-kontra tak kunjung usai.
Ibarat lukisan, sejarah adalah realitas masa lalu, tetapi apakah realitas yang 100% tulen, atau menjadi hyperrealis atau surrealis? Ada juga yang ekspresionis, karena didorong oleh kehendak dan kepentingan politik.
Tatkala situasi dan kondisi budaya, sosial dan politik berubah selalu membuat ide, penilaian dan tafsir sejarah muncul berbagai versi. Pak Karno dulu juga dihujat, tapi belakangan dikenang dengan manis. Pada imajinasi dan citra seperti itulah, barangkali Soeharto terpampang dalam sejarah.
Jika gambaran yang obyetif tercapai, alangkah indahnya. Tapi, mungkinkah? Hari-hari ini saja, pasca Soeharto, berbagai kesan telah mencerminkan ide, visi dan tafsirnya sendiri, hatta muncullah catatan yang heterogen yang dipengaruhi oleh suasana zaman. Sayangnya, Soeharto telah pergi, sehingga tak sempat menjawab pro-kontra itu.