Sebutlah Soeharto Apa Adanya
Sabtu, 23 Oktober 2010 – 00:22 WIB
Kala itu, Pak Harto buntu. Gagal membentuk Komite Reformasi dan Kabinet Reshuffle. Cak Nur menolak duduk di komite itu, walau ditawari. Ia malah meminta Pak Harto mundur, seperti tuntutan mahasiswa. Rupiah terpuruk Rp 17.000 per dolar juga ikut merepresi agar Soeharto mundur.
“Kalau Cak Nur yang moderat saja tak mau, tak ada pilihan lain kecuali saya mundur,” kata Pak Harto kepada Quraish Shihab. Dia pun mundur berdasarkan pasal 8 UUD 1945, dan BJ Habibie naik menjadi presiden.
Andaikata Pak Harto tak mundur, dia masih terus menjadi presiden pada 2003. Apalagi TNI, kala itu, masih mendukungnya. Efek dominonya, Habibie logis tak pernah naik. Pemilu 1999 pun urung sehingga ketampilan Gus Dur, Mega dan Yudhoyono sebagai presiden tak terjadi.
Meskipun sejarah bukan andaikata, tetapi menegasikan peran seseorang, betapapun kecil dan besarnya dalam derap langkah kolektif bangsa, rasanya juga tidak fair. (***)
SOEHARTO telah menjadi sejarah, seperti halnya Sriwijaya dan Majapahit yang telah menjadi milik masa silam. Mustahil bangsa ini pulang ke masa-sama
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi