Sedekah Rombongan; Pemburu si Sakit, Miskin, dan Orang-Orang Terabaikan
Info Akurat, Setengah Jam Langsung Sikat
Senin, 12 Maret 2012 – 00:12 WIB
Mereka punya tempat rapat di sebuah warung tenda di Jalan Tirtodipuran, selatan Keraton Jogja. "Ini sebenarnya aksi jalanan. Kami bergerak karena kepercayaan," ujar Saptuari.
Awalnya, Juni tahun lalu, pengusaha pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2007 ini bertemu Putri Herlina, pengasuh anak-anak yang dibuang di Yayasan Sayap Ibu (JP 8/3, hal 1). "Saya posting soal anak-anak panti itu di internet. Rupanya banyak teman yang merespons," katanya.
Hari demi hari, makin banyak yang menitipkan dana untuk disalurkan Saptuari. Tak hanya ke Sayap Ibu, tapi juga ke panti panti lainn. "Saya salut dengan teman-teman yang bersedekah. Mereka begitu percaya," kata alumnus Fakultas Geografi UGM angkatan 1998 ini.
Selama lima bulan, Saptuari hanya ditemani istrinya, Sitaresmi, berkeliling menyalurkan bantuan. "Kami prioritaskan yang kebutuhannya darurat, obat yang tak terbeli, susu yang habis, obat tak tertebus, atau rumah yang mau digusur," ujarnya.
Periode awal dia dan Sita menyalurkan Rp 174,5 juta dana titipan. Dia lantas mengkhususkan rekening untuk sedekah yang dipisah dengan akun pribadi untuk bisnis. "Kami tak pernah mengambil satu rupiah pun uang donatur. Semua biaya operasional, bensin, makan, dan semuanya dari kantong sendiri," katanya.
Orang-orang muda seperti ini mungkin sudah langka di Indonesia. Setiap hari mereka berkeliling dengan jutaan uang cash di mobilnya, mencari orang-orang
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408