Sedekah Rombongan; Pemburu si Sakit, Miskin, dan Orang-Orang Terabaikan

Info Akurat, Setengah Jam Langsung Sikat

Sedekah Rombongan; Pemburu si Sakit, Miskin, dan Orang-Orang Terabaikan
CEPAT: Saptuari (baju kuning) dan tim Sedekah Rombongan sedang rapat menentukan sasaran sedekah di Tirtodipuran, Jogjakarta, 1 Maret 2012 lalu. Foto : Ridlwan/ Jawa Pos
Mereka punya tempat rapat di sebuah warung tenda di Jalan Tirtodipuran, selatan Keraton Jogja.  "Ini sebenarnya aksi jalanan. Kami bergerak karena kepercayaan," ujar Saptuari.

Awalnya, Juni tahun lalu, pengusaha pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2007 ini bertemu Putri Herlina, pengasuh anak-anak yang dibuang di Yayasan Sayap Ibu (JP 8/3, hal 1). "Saya posting soal anak-anak panti itu di internet. Rupanya banyak teman yang merespons," katanya.

Hari demi hari, makin banyak yang menitipkan dana untuk disalurkan Saptuari. Tak hanya ke Sayap Ibu, tapi juga ke panti panti lainn. "Saya salut dengan teman-teman yang bersedekah. Mereka begitu percaya," kata alumnus Fakultas Geografi UGM angkatan 1998 ini.

Selama lima bulan, Saptuari hanya ditemani istrinya, Sitaresmi, berkeliling menyalurkan bantuan. "Kami prioritaskan yang kebutuhannya darurat, obat yang tak terbeli, susu yang habis, obat tak tertebus, atau rumah yang mau digusur," ujarnya.

Periode awal dia dan Sita menyalurkan Rp 174,5 juta dana titipan. Dia lantas mengkhususkan rekening untuk sedekah yang dipisah dengan akun pribadi untuk bisnis. "Kami tak pernah mengambil satu rupiah pun uang donatur. Semua biaya operasional, bensin, makan, dan semuanya dari kantong sendiri," katanya.

Orang-orang muda seperti ini mungkin sudah langka di Indonesia. Setiap hari mereka berkeliling dengan jutaan uang cash di mobilnya, mencari orang-orang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News