Sedekah Rombongan; Pemburu si Sakit, Miskin, dan Orang-Orang Terabaikan

Info Akurat, Setengah Jam Langsung Sikat

Sedekah Rombongan; Pemburu si Sakit, Miskin, dan Orang-Orang Terabaikan
CEPAT: Saptuari (baju kuning) dan tim Sedekah Rombongan sedang rapat menentukan sasaran sedekah di Tirtodipuran, Jogjakarta, 1 Maret 2012 lalu. Foto : Ridlwan/ Jawa Pos

Beragam reaksi mereka temui di lapangan. Mulai dikira simpatisan partai politik, mau maju pilkada, sampai dituding praktik pesugihan. "Ada kakek sudah tua, tapi malam-malam masih memikul dagangan. Saya berhenti dan mengacungkan amplop. Eh, dia malah lari sambil berteriak pesugihan, pesugihan," ujar Marjunul lalu tersenyum.

Saptuari memang sangat anti dengan bantuan yang menggunakan embel-embel. Dia pernah menolak dua mobil bantuan dari sebuah partai politik Jakarta karena ada syarat harus ada nama ormas itu bodi mobil. "Kami hanya mengandalkan kepercayaan melalui web internet dan Twitter itu," kata Saptuari.

Selama wawancara dengan Jawa Pos, sekitar tiga jam, saldo di akun SR terus bertambah hingga Rp 11 juta. "Biasanya, begitu kami posting foto, langsung masuk. Kami pernah menerima transfer Rp 100 juta dari seorang pengusaha muda yang namanya minta nggak dikenal," katanya. Hingga Maret, total sedekah dari donatur yang disalurkan sudah tembus Rp 1,7 miliar.

Walau SR bergerak tanpa pamrih dan tidak mengutip biaya operasional, keajaiban terjadi terhadap para relawannya. Karman, misalnya. Setelah menyalurkan bantuan Rp 1 juta, malamnya dia menerima e-mail order batik dari London, Inggris, senilai Rp 700 juta.

Orang-orang muda seperti ini mungkin sudah langka di Indonesia. Setiap hari mereka berkeliling dengan jutaan uang cash di mobilnya, mencari orang-orang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News