Sedih, DBD Renggut Nyawa Siswa TK di Pekalongan
jpnn.com - PEKALONGAN - Wabah penyakit demam berdarah dengue (DBD), saat ini harus mendapat perhatian serius. Apalagi, penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti tersebut sudah merenggut nyawa seorang siswa taman kanak-kanak di Kota Pekalongan belum lama ini.
Meninggalnya siswa TK di kota batik akibat DBD itu, dibenarkan oleh Kabid Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kota Pekalongan dr Tuti Widayanti. Dia menjelaskan, korban tidak tertolong karena ketika dibawa ke rumah sakit sudah dalam kondisi kritis, yakni fase dengue shock syndrome (DSS).
Rentang waktu ketika korban tiba di rumah sakit, hingga nyawanya tidak tertolong cukup singkat, hanya sekitar tiga jam. "Dia ketika dibawa ke RS Budi Rahayu sudah dalam kondisi DSS, sehingga tidak tertolong," ungkap Tuti, Senin (22/2).
Namun Tuti menerangkan, dari penelusuran yang dilakukan Dinkes Kota Pekalongan, korban bukan merupakan warga Kota Pekalongan. Melainkan warga Pekuncen, Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. "Dia rumahnya kabupaten, tetapi memang sekolahnya di Kota Pekalongan. Jadi laporannya masuk Kabupaten Pekalongan," tuturnya.
Meski demikian, tegas Tuti, Dinkes Kota Pekalongan sudah melakukan sejumlah langkah untuk memutus rantai penularan DBD. "Lingkungan sekolah siswa yang bersangkutan sudah kita fogging, dan lakukan pemberantasan sarang nyamuk. Demikian pula di lokasi dimana yang bersangkutan biasanya istirahat sementara sebelum pulang ke rumahnya, sudah kita lakukan langkah-langkah penanganan maupun pencegahan," imbuhnya.
Agar tidak ada lagi korban meninggal akibat DBD, Tuti meminta agar kalau ada anak yang terserang panas harus segera dibawa ke sarana kesehatan setempat. "Jangan kalau sudah kondisi DSS baru dibawa ke rumah sakit. Sebab, fase DSS ini terkadang tidak terdeteksi. Kemarinnya panas, lalu paginya kelihatannya sudah sehat, tetapi ternyata sorenya panas lagi. Ketika dibawa ke rumah sakit sudah DSS. Penderitanya mengalami syok, ada perembesan darah yang keluar terus-menerus," imbaunya.
Tuti juga mengungkapkan, dalam waktu sebulan kasus DBD di Kota Pekalongan mengalami peningkatan secara drastis. Pada periode Januari hingga awal Februari 2016 kemarin, tercatat ada lima kasus. Namun, pada minggu ketiga Februari, jumlah kasus DBD meningkat menjadi 11 kasus.
Kesebelas kasus DBD itu tersebar di sembilan kelurahan (sebelum penggabungan). Perinciannya, di Kelurahan Duwet (Pekalongan Selatan) ada tiga kasus, Medono (Pekalongan Barat) satu kasus, Sapuro (Pekalongan Barat) dua kasus, Kebulen (Pekalongan Barat) satu kasus, Kramatsari (Pekalongan Barat) satu kasus, Dukuh (Pekalongan Utara) satu kasus, Banyurip (Pekalongan Selatan) satu kasus, dan Kelurahan Soko (Pekalongan Selatan) satu kasus.
- Mengubah Sampah Jadi Pulsa, Begini Caranya
- Dor! Mulyono Ditembak Tim Polda Riau, Dia Bawa Sabu-Sabu Senilai Rp 30 Miliar
- Jalan Utama Penghubung Riau-Sumbar Putus Total, Ini Alternatifnya
- 22 Los Pedagang di Pasar Pelelangan Ikan Sodoha Kendari Terbakar, Penyebab Masih Diselidiki
- Catat ya, PPPK Bukan Sekadar Pengganti Baju Honorer
- Menjelang Pilkada 2024, Kapolres Banyuasin Sampaikan Pesan Kepada Masyarakat