Sedih, Erna dan Yeni Tidak Tahu di Mana Suami Mereka Berada

Sedih, Erna dan Yeni Tidak Tahu di Mana Suami Mereka Berada
Seorang ibu dan anaknya korban gempa Sulteng di pengungsian Makassar. Foto: Juni/BKM

Dia berharap, ayah dari anak-anaknya itu bisa ditemukan oleh para relawan.

Di lokasi yang sama, pada sebuah ruangan kecil tempat penampungan Pondok Yayasan Akar Panrita Mamminasata Manggala, kondisi serupa dalami Leni (40). Dengan wajah lesu dan mata agak membengkak, dia pun berbagi kisah.

“Bantu kami, dik. Bantu cari tahu dimana dua anak saya. Mereka masih kecil-kecil. Saya ingin keduanya ada di sini bersama adik-adiknya. Saya mohon, dik,” pinta Yeni penuh harap.

Saat ditanya di mana suaminya kini, Yeni kemudian menatap anaknya yang tengah tertidur pulas di atas kasur kapuk yang sedikit tipis bersama dengan balita senasibnya.

“Saya tidak tahu suami saya di mana, dik. Bagaimana nasibnya, saya juga tidak tahu. Begitu juga dua anak saya. Tiba-tiba saja mereka menghilang dari pandangan saya,” kata Yeni lagi.

Yayasan Akar Panrita Mamminasata memang membuka posko bantuan bagi para pengungsi gempa dan tsunami asal Sulteng. Sejak tiba, bantuan dari warga terus berdatangan. Pemerintah Kecamatan Manggala juga berkoordinasi dengan tim medis Puskesmas setempat guna penanganan kesehatan para pengungsi.

”Senin malam (1/10) mereka tiba. Pagi harinya kami berkoordinasi dengan pihak Puskesmas Antang. Yang kita tangani awal adalah kesehatan anak-anaknya. Untuk bantuan makan minum, siang harinya sudah masuk dari warga yang ada sekitar lokasi penampungan,” kata Lurah Antang Amanda Syahwaldi.

Ketua Yayasan Akar Panrita Mamminasata Ahmad Hidayat mengatakan, seluruh pengungsi yang ditampung di posko ini diberi perhatian khusus. Bahkan murid TK dan SD yang sekolahnya dijadikan penampungan pengungsi, diliburkan beberapa hari.

Saat guncangan besar terasa, dia masih berharap suaminya muncul dari tikungan jalan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News