Segera Bangun TAJ Mall dan Kolam Renang Tertinggi di Dunia
Rabu, 16 Maret 2011 – 08:08 WIB

Suasana kota tua Amman, Jordania. Foto : Tatang Mahardika/Jawa Pos
Pemandangan yang kontras itu merupakan konsekuensi ambisi Raja Abdullah II yang sejak ditabalkan menjadi pemimpin Kerajaan Jordania pada 1999 ingin menjadikan Amman sebagai ibu kota pelayanan jasa di kawasan Timur Tengah dan Jazirah Arab. Abdullah berkeyakinan, itulah satu-satunya cara untuk menggenjot perekonomian negara yang dia pimpin.
Maklum, tak seperti negara sekawasan, Jordania tak punya tambang minyak. Bahkan sumber air pun sangat terbatas hingga harus disuplai dari Israel dan Syria. Karena itu, menjual pelayanan jasa seperti yang dilakukan Singapura yang juga tak punya kekayaan alam merupakan pilihan paling rasional.
Pintu untuk investor asing pun dibuka seluas-luasnya agar mau berinvestasi. Jordania tercatat sebagai salah satu negara dengan kebijakan ekonomi paling bebas sekawasan. Bahkan mengalahkan Amerika Serikat.
Buntutnya, pembangunan infrastruktur pun terlihat di berbagai sudut kota yang dihuni sekitar 2,8 juta jiwa tersebut. Misalnya, yang terlihat dengan gampang dalam perjalanan dari Bandara Internasional Queen Alia ke tengah kota yang memakan waktu 20?30 menit.
Guncangan revolusi di kawasan Arab dan kesulitan ekonomi tak menghentikan langkah Raja Jordania Abdullah II untuk menjadikan Amman sebagai ibu kota
BERITA TERKAIT
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu
- Kontroversi Rencana Penamaan Jalan Pramoedya Ananta Toer, Apresiasi Terhalang Stigma Kiri
- Kisah Jenderal Gondrong ke Iran demi Berantas Narkoba, Dijaga Ketat di Depan Kamar Hotel
- Petani Muda Al Fansuri Menuangkan Keresahan Melalui Buku Berjudul Agrikultur Progresif
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara