Segera Lakukan Deteksi Dini Penyakit TBC !
Dinkes selama ini juga mempunyai program pencegahan TB di pesantren. Yakni, program pendampingan kesehatan pesantren atau puskestren.
Pendampingan tersebut terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di pesantren.
"Selain itu, kami punya program pemeriksaan ke sekolah-sekolah. Kami menargetkan CDR meningkat hingga 70 persen," ujarnya. Saat ini CDR di Jatim baru 50 persen.
Kohar menjelaskan, TB tidak berasal dari penyakit keturunan atau kutukan. TB rentan menyerang siapa saja.
TB bisa menular melalui percikan dahak dari penderita TB. Juga, melalui udara ketika penderita TB batuk, bersin, atau berbicara yang menimbulkan percikan dahak. Kuman TB melayang di udara sehingga terhirup orang lain.
Penularan kuman TB semakin rentan terjadi di permukiman yang padat penduduk dan banyak orang berkumpul.
Misalnya, asrama, lapas, pondok pesantren, dan sekolah. Apalagi, jika kondisi tempat minim ventilasi dan kurang cahaya matahari. "Terutama bila daya tahan tubuh menurun dan gizi rendah," tuturnya.
Ada beberapa gejala yang tampak dan patut dicurigai seorang penderita TB. Yakni, berat badan dan nafsu makan menurun, berkeringat malam hari, dan batuk hingga dua minggu yang tak kunjung sembuh. Bahkan, batuk berdarah.
Selama ini tak sedikit tahanan maupun narapidana terkena TB karena lingkungan di dalam penjara yang kurang sehat.
- Ancaman TBC Melonjak, Pencegahan dan Pengobatan Harus Jadi Fokus
- Polusi Udara Ganggu Kesehatan Paru-Paru, Deteksi Dini Penting Dilakukan
- Ludesc Dapat Dukungan AMANAH Kembangkan Teknologi AI untuk Deteksi Penyakit Paru-Paru
- Lestari Moerdijat Dorong Semua Pihak dalam Pengendalian TB
- Indonesia Negara Penyumbang Kasus TBC Terbesar Dunia Setelah India, wow
- Hari Tuberkulosis Sedunia 2024, Otsuka Indonesia Raih Penghargaan dari EWTB