Resensi Buku
Sejarah Etnik Simalungun dan Kepahlawanan Rondahaim Saragih

Pada masa Revolusi Kemerdekaan dapat dibaca bagaimana rakyat Simalungun di bawah pendudukan Jepang, pembentukan pemerintahan Republik, turbulensi politik yang berujung pada penghancuran kerajaan Raja Marpitu dan pembantaian terhadap tokoh-tokoh penting elite Simalungun pada Maret 1946.
Akhirnya buku ini ditutup dengan Bab VI, Masa Dekolonisasi, yang memaparkan bagaimana etnik Simalungun akhirnya mendukung dan memainkan perang penting dalam proses pembentukan Negara Sumatera Timur untuk melindungi etnik dan kebudayaan Simalungun dari cengkeraman kaum migran sampai akhirnya Simalungun mennjadi bagian dari Provinsi Sumatera Utara.
Periode yang menandai babak dekolonisasi di Simalungun. Bab ini juga menjelaskan bagaimana etnik Simalungun aktif dalam satuan-satuan gerilya untuk menghancurkan militer Belanda pada masa Agresi Militer ke-2 (1948-1949).
Dalam periode sejarah kebesaran Simalungun memunculkan sosok pemimpin, yakni Tuan Rondahaim Saragih (1828-1891), nama resmi dalam piagam Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama (1999), bukti pengakuan Pemerintah RI atas jasa-jasanya memobilisasi perlawanan rakyat Simalungun terhadap penjajahan Belanda.
Kerajaan Raya di bawah kepemimpinan Tuan Rondahaim Saragih mempunyai sikap politik ekspansif. Ekpansif dalam melawan kekuasaan kolonial dan sekaligus ekspansif dalam menata jejaring politik guna membangun koneksi ke dunia luar.
Tuan Rondahaim saragih disebut juga Ahli Strategi Perang Gerilya dan penjajah Belanda mengakuinya. Salah satu karya jenius strategi pertahanan dengan memanfaatkan topografi (bentang alam) adalah membangun benteng pertahanan di Saran Sisaping. Hingga kematiannya, Soridadu (tentara kolonial) tidak berani menyerang masuk ke kerajaan Raya dan menangkapnya.
Rondahaim menerapkan sistem kolektif dalam mempersiapkan ransum untuk prajurit Raya. Rakyat dimobilisasi sedemikian rupa sehingga Belanda terkecoh. Pada siang hari rakyat berlaku sebagai petani untuk persiapan perang, tetapi pada malam hari rakyat Raya berlaku sebagai prajurit gerilya menyerang posisi pasukan Belanda dan Sultan Deli di Padang Hulu. Siasat ini disebut “munsuh borngin”.
Rondahaim menggalakkan peternakan kuda untuk transportasi perang yang cepat dan murah di seluruh Kerajaan Raya. Dengan pasukan berkudanya, pasukan Rondahaim dapat bergerak lebih cepat dan tangkas berperang menaklukkan musuh. Pasukan berkuda Tuan Rondahaim ini terkenal dengan ketangkasannya hingga menciutkan nyali pasukan musuh.
Buku sejarah etnik Simalungun dan buku Rondahaim, Sebuah Kisah Kepahlawanan Menentang Penjajahan di Simalungun dapat menjadi paket buku di sekolah.
- Tuan Rondahaim Saragih: Pahlawan Nasional 2025 Asal Sumatera utara, Ahli Strategi Perang Gerilya Melawan Belanda
- Serangan Umum 1 Maret, Klaim & Versi (daripada) Soeharto
- Bangsa Pelupa dan Pemaaf, Sebuah Refleksi Tentang Karakter Kolektif Indonesia
- Mendesak Audit Sistem Informasi dan Rotasi Pejabat ATR/BPN Kanwil Jawa Barat
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- 6 Syarat Khusus Pahlawan Nasional dan Hak Prerogatif Presiden: Perspektif Napoleon Der Bataks