Resensi Buku
Sejarah Etnik Simalungun dan Kepahlawanan Rondahaim Saragih
Tuan Rondahaim Saragih melancarkan serangan dan membakar industri perkebunan yang menjadi simbol arogansi kapitalisme kolonial sekaligus berhadap-hadapan dengan mesin perang pemerintah Belanda untuk mengusir penjajah dari bumi Simalungun dan Sumatera Timur. Perlawanan antara pasukan Tuan Rondahaim Saragih dengan pemerintah Belanda meletup di berbagai daerah.
Senjata api dan meriam diperoleh dari barter dengan saudagar senjata dari Malaka. Hasil bumi Kerajaan Raya dibarter dengan senjata dan mariam. Selain itu Rondahaim juga mengusahakan senjata api rakitan sendiri di antara prajuritnya, sehingga peralaan perangnya terlengkap dibanding perlengkapan perang raja-raja Simalungun yang lain. Semua pemakaian alat perang itu dipantau oleh Tuan Rondahaim melalui para panglimanya yang membawahi beberapa kelompok prajurit terlatih.
Jangkauan perjuangan mengempur kekuasaan kolonial Belanda meluas tidak saja di Simalungun, tetapi juga sampai ke Sumatera Timur. Pasukan Tuan Rondahaim Saragih beraliansi dengan pasukan Datuk Sunggal yang dikenal sebagai pencetus Perang Sunggal menentang kehadiran pemerintah Belanda di Sumatera Timur. Sepanjang perlawanannya mengusir sang penjajah itu, Rondahaim Saragih tidak pernah menyerah dan tidak pernah ditangkap pemerintah Belanda.
Sebagai Raja Raya, Tuan Rondahaim berhasil menyatukan wilayahnya dari pertikaian internal antar penguasa lokal. Keberhasilannya mengonsolidasi lawan-lawan politik bergabung dalam pemerintahannya membuat Tuan Rondahaim menjadi pemimpin kuat, tegas dan berwibawa. Tambahan lagi penglima perangnya berasal dari luar Raya menunjukkan Tuan Rondahaim tidak hanya mengandalkan penasehat militernya dari satu wilayah, tetapi direkrut dari luar daerah. Tuan Rondahaim menerima kehadiran orang luar menjadi penasehat pemerintahannya.
Prinsip menjalin pakta militer sudah dipakai Rondahaim dalam perlawanannya terhadap kolonial Belanda. Dia menjalin hubungan dengan Sibayak Suka di Karo, pasukan Aceh di Gayo dan pasukan Sisingamangaraja di Tapanuli, serta pasukan Kerajaan Padang pimpinan Raja Syahbokar Saragih untuk bersama-sama melawan Belanda.
Pakta militer ini terbukti efektif, dimana selama hidup Tuan Rondahaim, Belanda tidak penah berani masuk ke Raya. Raya baru tunduk kepada Belanda setelah Tuan Rondahaim wafat di Pamatang Raya tahun 1891.
Rondahaim Saragih adalah sosok pejuang yang tanpa pernah lelah menggagas dan berjuang menegakkan Simalungun yang utuh dan berdaulat. Meskipun keturunan raja, semasa mudanya, Rondahaim Saragih dikenal sangat dekat dan bergaul akrab dengan rakyat kecil. Bahkan awal mulanya masyarakat tidak mengetahui kalau Tuan Rondahaim pelanjut kekuasaan Raya.
Tuan Rondahaim tidak pernah menganggap dirinya sebagai orang berpangkat dan berkedudukan tinggi, dan kepemimpinanya terpuji dan teruji di masyarakat.Tidak saja perangainya yang terpuji, Tuan Rondahaim adalah sosok yang penuh perhatian dengan situasi negerinya yang sedang menghadapi perubahan besar akibat.
Buku sejarah etnik Simalungun dan buku Rondahaim, Sebuah Kisah Kepahlawanan Menentang Penjajahan di Simalungun dapat menjadi paket buku di sekolah.
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- 6 Syarat Khusus Pahlawan Nasional dan Hak Prerogatif Presiden: Perspektif Napoleon Der Bataks
- Memperingati Kudatuli, PDIP Bersama Korban Rezim Otoriter Tabur Bunga di Kantor Partai
- Festival Maek 2024 Akhirnya Digelar, Kenalkan Sejarah Megalitikum di Minangkabau
- Final EURO 2024 dan Stadion Megah dengan Sejarah Kelam Nazi
- Pemda Batang Sambut Baik Gagasan PMB Tentang Penulisan Sejarah