Sejarah Perjuangan Kadiroen dalam Memoar Buku Berjalan Sampai ke Batas
“Kadiroen menulis kisah biografinya dengan kesadaran sendiri, tanpa ada permintaan dari pihak lain. Dengan menulis sendiri kisahnya, selain dia mewariskan nilai-nilai penting kepada keturunannya kelak, dia juga menyajikan fakta seperti sanggup hidup bertahan di dalam kamp pembuangan pada masa lalu yaitu Digul," ujar Susanto dalam siaran resmi.
"Sehingga pada masa kini kisah tersebut diteladani, dengan sebaiknya tidak mudah berputus asa saat menghadapi kondisi yang cukup sulit."
Dalam kesempatan sama, Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, Guru Besar Sejarah dari Universitas Diponegoro, melihat memoar asli yang kemudian dibukukan melalui proses panjang, ditulis dari Oktober 1976 dan menjadi buku pada November 2022 menyiratkan sejumlah nilai yang menggambarkan kuatnya tokoh Kadiroen.
“Karya ini menjadi penting nilainya dipandang dari segi sejarah, politik dan kondisi ekonomi pada masa itu," ujar dia.
"Berbagai aspek yang dikemukakannya seperti dalam aspek sejarah keluarga, menjadi referensi bagi lahirnya karya-karya serupa di dalam negeri, sehingga memperkuat dokumentasi arsip berskala nasional." (rdo/jpnn)
Buku autobiografi berjudul “Berjalan Sampai ke Batas” menceritakan kisah perjuangan Kadiroen Kromodiwirjo (1898–1986).
Redaktur & Reporter : M. Rasyid Ridha
- Ratusan BEM dan Aktivis Mahasiswa Gelar Kongres Untuk Selamatkan Indonesia
- Wanita Ini Ikut Terjaring OTT KPK di Kalsel, Siapa Dia?
- SK Bupati Terkait Tambang Hanya Dapat Diputus Oleh PTUN
- ASDP Tanam 3 Ribu Bibit Mangrove di Tangerang, Wujud Komitmen Jaga Kualitas Perairan
- Nilai OTT KPK di Kalsel Hampir Setengah Kekayaan Sahbirin Noor alias Paman Birin
- Lihat, 4 Orang yang Terjaring OTT Kalsel Tiba di Gedung KPK, Ada yang Kenal?