Sejarawan Undip: Rakyat Butuh Teladan untuk Menjaga Pancasila

Sejarawan Undip: Rakyat Butuh Teladan untuk Menjaga Pancasila
Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro Singgih Tri Sulistiyono. Foto: dokumentasi pribadi

Dia menyebut peristiwa G-30-S menandakan bahwa bangsa Indonesia menolak paham komunis karena bangsa Indonesia memiliki falsafah bernegara Pancasila.

Bangsa Indonesia telah membangun pengertian komunisme sangat bertentangan dengan Pancasila.

“Berbicara mengenai falsafah hidup bangsa ini, di dalamnya dibangun atas keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Komunisme yang di dalamnya terdapat atheisme, tidak pernah sejalan dengan prinsip rakyat Nusantara yang religius nasionalis. Pengertian tentang hal ini harus ditanamkan dengan baik,” kata Singgih.

Muaranya, lanjutnya, agar rakyat negeri ini dapat menerima dan menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila, yang sesuai dengan kepribadian ketimuran, agama, dan norma-norma yang berkembang.

“Apabila prinsip tersebut bisa diterima dengan baik, otomatis dapat memperkuat pemikiran masyarakat, untuk tidak perlu terpengaruh dengan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila,” katanya.

Posisi Pancasila menjadi tuntunan bangsa Indonesia dalam konteks berbangsa dan bernegara.

“Untuk itu perlu penghayatan ke lima sila di dalamnya dan diterapkan dengan komitmen yang tinggi di tengah kehidupan masyarakat. Pancasila menjadi bagian dari produk kebudayaan, yang perlu ditanamkan secara terus-menerus di tengah rakyat,” jelasnya.

Adapun proses pembudayaan ini dapat melalui jalur formal maupun non formal. Misalnya masuk ke dalam kurikulum pendidikan nasional dan sebagainya.

Sejarawan Undip Singgih Tri Sulistiyono menegaskan rakyat Indonesia butuh teladan untuk menjaga Pancasila.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News