Sejarawan Ungkap Siasat Soeharto Langgengkan Kekuasaan, Ada Istilah Kudeta Merangkak
Selain mematangkan konsolidasi, kata Asvi, Soeharto juga menyingkirkan lawan ketika pemilu dimundurkan dari 1968 ke 1971.
"Ini berkaitan menyingkirkan orang-orang yang dianggap bahaya meskipun mereka sudah dipenjara, itu ke suatu tempat terpisah dari masyarakat," kata pria kelahiran Sumatera Barat itu.
Dia mengatakan rezim Soeharto juga melakukan intervensi politik ke Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan Soekarno dengan menyingkirkan Hardi, sosok yang dianggap berbahaya bagi pemerintahan kala itu.
Rezim Soeharto, kata Asvi, mendorong Hadi Subeno menjadi Ketua PNI meski belakangan kalkulasi terhadap operasi politik tersebut keliru.
Sebab, ujarnya, Hadi yang pernah menjabat Gubernur Jawa Tengah, belakangan kritis ke Golkar dan pemerintah setelah menjadi Ketua PNI pada 1971.
Asvi mengatakan Hadi yang terendus kritis kemudian meninggal dunia pada April 1971 atau tiga bulan sebelum pemilu pas tahun yang sama dilaksanakan.
"Nah, karena itulah pada 20 April 71 tiba-tiba Hadi Subeno meninggal, tiga bulan sebelum pemilu pada '71," katanya. (ast/jpnn)
Sejarawan Asvi Warman Adam mengungkapkan Soeharto membuat beragam siasat agar posisi sebagai Presiden RI langgeng selama bertahun-tahun.
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Aristo Setiawan
- Dilantik Jadi Presiden, Prabowo Sampaikan Terima Kasih kepada Soeharto hingga Megawati
- Refly Harun soal Pembubaran Diskusi FTA: Si Rambut Kuncir Bukan OTK, Jelas Berafiliasi ke Mana
- Bamsoet: Prabowo Menyambut Baik Keputusan MPR Terkait Bung Karno, Soeharto, dan Gus Dur
- Pengkhianatan G30S/PKI: Film Paling Banyak Ditonton yang Dianggap Alat Cuci Otak Anak Indonesia
- Tiga Presiden
- Ketua FPG Idris Laena Puji Keputusan MPR Beri Kejelasan Status Mantan Presiden Soeharto