Sejumlah Merk Fashion Australia Dianggap Belum Lindungi Buruh Pabrik Garmen

Laporan tersebut muncul hampir dua tahun setelah runtuhnya pabrik di kawasan Rana Plaza, Bangladesh yang menewaskan ratusan pabrik tekstil.
Pabrik-pabrik tersebut banyak memproduksi pakaian bagi merk-merk ternama dunia.
Yayasan Baptist World Aid mencoba menelusuri rantai pasokan untuk ritel fesyen dan mode di Australia, yang tertuang dalam Laporan Fashion Australia 2015.
Laporan ini telah menilai 219 perusaahan fesyen asal Australia berdasarkan kebijakan mereka, rantai pasokan, program, dan pemenuhan hak-hak pekerjanya.
"Beberapa merk [asal Australia] seperti Just Group, Best and Less and Lowes, Industry, Ally and Tmt, Valley Girl, mereka tidak melakukannya dengan cukup baik," ujar Gershon Nimbalker, manajer advokasi dari Baptist World Aid Australia.
"Tidak cukup banyak bukti apakah para buruh-buruh di luar negeri yang memproduksi untuk mereka mendapat perlakuan wajar, tidak dipaksa, tidak memperkerjakan anak-anak, dan tidak mendapat upah yang sangat rendah," tambahnya.

Tetapi dalam laporan tersebut pun disebutkan bahwa beberapa perusahaan mode dan fesyen asal Australia lainnya K-mart, Cotton On, dan The Sussan Group telah meningkatkan kondisi para buruh mereka di sejumlah negara, seperti Bangladesh.
Sebuah laporan soal industri fashion menyatakan sejumlah perusahaan mode dan tekstil dari Australia belum cukup melakukan perlindungan bagi para
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya