Sejumlah Merk Fashion Australia Dianggap Belum Lindungi Buruh Pabrik Garmen
Secara keseluruhan, industri manufaktur pakaian di dunia masih dikenal memiliki majikan yang 'brutalan'.
Di Bangladesh, para buruhnya mendapat upah sekitar $70 atau Rp 700.000 sebulan dan banyak anak-anak yang dipaksa untuk bekerja di sejumlah pabrik.
Menurut Carolyn Kitto, dari yayasan Stop the Traffik yang banyak menyoroti eksploitasi buruh, yang bisa dilakukan oleh para konsumen adalah menekan para produsen mode dan pemilik merk-merk fesyen untuk menjual produk mereka dengan lebih bertanggung jawab dan etis.
"Mereka harus bertanya kepada merk-merk favorit mereka, "Siapa yang membuat pakaian-pakaian ini?", "Apa yang kamu ketahuai soal rantai suplainya?", "Apa yang kamu ketahui soal perburuhannya?"," tegas Kitto.
Kitto juga mengingatkan bahwa sebagai konsumen, kita memiliki kekuatan untuk menentukan apa yang akan dipilih dan dibeli. Karena pada akhirnya bisnis akan mendengar apa yang diinginkan konsumennya.
Sebuah laporan soal industri fashion menyatakan sejumlah perusahaan mode dan tekstil dari Australia belum cukup melakukan perlindungan bagi para
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati