Sejumlah Teori Konspirasi Terkait COVID-19 di Australia Disebarkan Lewat TikTok
Membahayakan kalangan remaja
Lembaga riset media di Amerika Serikat, Media Matters, mengatakan mereka menemukan banyak teori konspirasi di TikTok, mulai dari informasi yang salah terkait COVID atau informasi soal perdagangan manusia yang salah.
"Ini sangat membahayakan karena memiliki potensi untuk membuat orang yang sudah radikal semakin tertarik dengan gerakan ekstrem kanan," ujar Olivia Little, periset senior dari Media Matters.
"Bahkan penggunanya tak harus mencarinya, TikTok menyampaikan langsung gerakan ekstremis ke penggunanya, yang kebanyakan berusia 14 tahun atau lebih muda dari itu," katanya.
"Bentuk penyampaiannya di tangan pengguna tidak ditemukan di platform lain."
TikTok menyatakan pihaknya tidak "mengizinkan penyampaikan informasi yang salah yang menyebabkan kerugian bagi individu, komunitas, atau publik yang lebih luas terlepas dari niatnya".
Aplikasi ini telah melarang sejumlah pengguna penganut teori konspirasi, seperti Alex Jones, yang banyak menyampaikan teori kekerasan dan terkadang rasis.
Pengguna tidak dapat mencari namanya dan #AlexJones telah diblokir dari aplikasi tersebut.
"TikTok bekerja cepat dalam menghentikan penyebaran misinformasi COVID-19 di platform kami dengan bekerja sama dengan pemeriksa fakta, seperti AFP, dan menghapus konten dan akun yang melanggar Pedoman Komunitas kami," kata juru bicara TikTok kepada Hack.
Dalam hitungan menit pengguna TikTok bisa menemukan sejumlah video teori konspirasi
- Siapa Saja Bali Nine, yang Akan Dipindahkan ke penjara Australia?
- Dunia Hari Ini: Menang Pilpres, Donald Trump Lolos dari Jerat Hukum
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Viral Dugaan Politik Uang Rudi Seno di TikTok, Netizen Beri Komentar Beragam