Sekarang tidak Takut, Belanda Sudah tak Ada di Sini

Lantaran tak memiliki pendapatan tetap, keluarga ini hidup dalam kondisi pas-pasan. Warga sekitarlah yang terkadang memberikan uang sebagai santunan untuk Amina. “Ini warga juga yang baru saja mengecat rumah,” aku Amina seraya tertawa.
Tiap upacara HUT kemerdekaan 17 Agustus, Abdullah dan Amina selalu diundang Pemerintah Kota Tidore untuk menghadiri upacara di Kantor Wali Kota. Pada momen tersebut, pemkot juga memberikan santunan sebesar Rp1,5 juta hingga Rp2 juta.
Namun tak pernah ada tanda penghargaan yang mereka terima sebagai pahlawan. Kisah heroik mereka bahkan nyaris terlupakan seiring berjalannya waktu.
Semenjak berpulangnya Abdullah, Amina tak pernah lagi mengikuti upacara kemerdekaan lantaran kondisi tubuhnya yang makin renta dimakan usia. “Tapi selalu ada undangan yang datang. Saya yang selalu mewakilinya,” kata Bujuna.
Di Tanjung Mareku, tempat merah putih pertama kali dikibarkan, kini berdiri gagah sebuah monumen peringatan.
Tahun ini, warga Kelurahan Mareku menggelar upacara bendera di monumen itu. Upacara ini dilakukan untuk memperingati jasa warganya yang terlibat dalam peristiwa heroik tersebut. Nenek Na, sebagai satu-satunya pelaku sejarah yang tersisa, hadir di upacara itu. (saf/kai)
AMINA Sabtu. Perempuan yang berjasa menjahit bendera merah putih pertama yang dikibarkan di Maluku Utara, setahun setelah Indonesia Merdeka. 70 tahun
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu