Sekenario Teror Gunakan Pesawat
Plot Lain Selain Peledakan Hotel
”Ada yang kami sita saat penggerebegan di Banjarmasin dan Cilacap. Juga berdasar pengakuan yang sudah kami tangkap,” kata sumber Jawa Pos di lingkungan Mabes Polri. Rencana itu bahkan digambar dan dibuat sketsanya. Dalam sebuah dokumen yang disita di Banjarmasin 9 Mei 2009, terungkap skenario serangan membajak pesawat dan menabrakkannya sebagai serangan bunuh diri ke gedung tinggi di Jakarta. Saat itu, Densus 88 berhasil menangkap Kasiman Marindra alias Usamah alias Abu Zar alias Salim alias Udin. ”Dari pengakuan tersangka selama interogasi, ada rencana untuk mendekati dan merekrut krew pesawat termasuk mencari pilot,” ujar sumber itu.
jpnn.com - Selain mengingatkan pada tragedi WTC, plot pembajakan pesawat seperti yang direncanakan itu juga pernah dilakukan oleh Jamaah Imran pada pesawat Garuda DC-09 di Don Muang, Thailand pada tahun 1981. Pembajak saat itu berhasil dilumpuhkan oleh Satgultor Kopassus dibawah pimpinan Benny Moerdani dan Sintong Panjaitan. Dalam dokumen yang sekarang diamankan Densus 88 itu, tidak ada keterangan tentang kapan dan dimana rencana serangan akan dilakukan. ”Masih susah ditanya,” kata sumber itu menjelaskan tentang sikap keras Abu Zar. Selain serangan pesawat, ada juga plot serangan terhadap lokasi sekitar Istana Negara. Rencana teroris akan menggunakan bahan peledak seperti bom tupperware yang sama seperti yang sudah disita di Palembang 2008. ”Ada gambar bom Tupperware di sketsa yang ditemukan,” kata sumber itu.
Juga, ada rencana menembak presiden dari jarak jauh. Pelatihan bahkan sudah dilakukan di Banjarmasin. Alasannya, pemerintahan sekarang dianggap pemerintahan thaghut yang wajib diperangi. Sedangkan di Cilacap, saat menangkap Saefudin Zuhri, polisi menyita sketsa serangan terhadap kedutaan asing Australia dan Amerika Serikat dan hotel. ”Ada gambar sketsa gambar menyerupai bangunan hotel. Namun tidak ada nama hotel. Hanya tulisan hotel itu digaris bawah,” katanya.
Soal rencana serangan terhadap armada pesawat terbang itu tampaknya sudah sampai langsung ke telinga presiden. Saat meresmikan kantor baru PT Garuda Indoensia Kamis lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memerintahkan semua jajaran pemerintah, BUMN, dan swasta untuk meningkatkan kewaspadaan dengan tidak berkompromi dengan tindakan keamanan. Prosedur keamanan harus dijalankan tanpa ada toleransi untuk mencegah ancaman terorisme.
Khusus untuk perusahaan penerbangan, SBY juga meminta semua prosedur keamanan ketat tetap dilaksanakan. ”Jangan karena ada ancaman terorisme baru kita sibuk. Sepanjang masa, harus ada langkah-langkah konkret di dalam menjalankan SOP, dan juga langkah-langkah pencegahan,” kata SBY. Prosedur keamanan ketat juga harus dilakukan di semua tempat. ”Bukan hanya yang lewat security door, tapi juga lorong karyawan, tempat katering, semua mesti dicek dan diyakini semuanya steril. Semua,” ujar Presiden.
SBY mengatakan, dirinya kerap mengkritik sistem keamanan yang longgar. ”Kadang-kadang dianggap sudah kenal, karyawan di situ, tidak mencurigakan, lalu tidak diperiksa dengan seksama. Siapapun, harus diperiksa dengan seksama,” ujarnya. Sejak terjadi peledakan bom di Mega Kuningan akhir pekan lalu, pengamanan di Istana juga lebih ketat. Biasanya, pemeriksaan baru melalui pemindai logam dilakukan di ruang kaca, akses masuk dari Sekretariat Negara ke Istana bagi tamu. Namun beberapa hari terakhir, pejalan kaki yang masuk gerbang Sekretariat Negara sudah langsung diperiksa secara manual.
Akses masuk bagi pegawai juga lebih ketat. Saat wartawan dan pegawai biro pers masuk ke pintu Jl. Veteran (pintu masuk khusus pegawai atau pejabat) dengan menggunakan mobil rumah tangga kepresidenan, tetap harus diperiksa satu per satu dengan pemindai logam. Padahal, biasanya pemeriksaan ketat hanya dilakukan terhadap mobil. Usai salat Jumat di Mabes Polri, Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri menjelaskan polisi sedang adu cepat dengan teroris. ”Mereka punya pola, kita punya pola,” katanya membantah anggapan polisi kecolongan. Soal plot serangan teroris, BHD membenarkan Densus 88 sudah menyita berbagai alat bukti dan dokumen. ”Di Banjarmasin operasi sejak 5 Mei, pada 9 mei kita tangkap Kasiman Marindra alias Usamah alias Abu Zar alias Salim alias Udin,” kata BHD.
Kapolri menambakan, Abu Zar memang merencanakan aksi di berbagai tempat. ”Kita temukan CD, ada foto-foto juga. Termasuk yang ditunjukkan bapak presiden. Sebab menurut pengakuannya bapak presiden dianggap pemerintahan yang thaghut. Itu diakui oleh yang bersangkutan,” kata BHD. Mantan Kabareskrim itu menjelaskan, sebelum menangkap Abu Zar, operasi Densus 88 juga beberapa kali dilakukan di berbagai kota. Misalnya Wonosobo pada 2006, lalu penggalan pengiriman bahan peledak TNT 10 Kg di Jogjakarta 2007, lalu penangkapan perakit bom Tupperware di Palembang 2008, penangkapan di Plumpang, Kepala Gading Oktober 2008. ”Kita juga berhasil menangkap jaringan Singapura, Hsn yang sembunyi di Malang dan Abdul Samad di Lampung,” kata Kapolri.
Usai menangkap Saefuddin Zuhri, rekan satu angkatan Ali Imron di Afghanistan, polisi mulai mendapat titik terang. ”Dari Z kita ke Brd yang merupakan mertua buronan kita. Di sana ada bom yang ditemukan sama dengan yang meledak di Marriott dan sama dengan yang belum meledak,” kata BHD.
JAKARTA - Ini peringatan bagi aparat keamanan terutama petugas bandara. Dari sejumlah dokumen yang ditemukan polisi dalam beberapa penggerebekan
- Melly Goeslaw: Revisi UU Hak Cipta Solusi Hadapi Kemajuan Platform Digital
- Menhut Raja Juli Antoni Gandeng PGI, Kolaborasi Kelola dan Jaga Hutan Indonesia
- Penebangan Pohon di Menteng Diduga Tanpa Izin Dinas Pertamanan
- Tanoto Foundation & Bappenas Berkolaborasi Meningkatkan Kompetensi Pegawai Pemda
- Bea Cukai & Polda Sumut Temukan 30 Kg Sabu-sabu di Sampan Nelayan, Begini Kronologinya
- Mantan Menkominfo Budi Arie Adukan Tempo ke Dewan Pers