Sekilas Tentang Glodok, Kawasan Favorit Daendels
jpnn.com, JAKARTA - Keberadaan kawasan Pasar Glodok, Jakarta, tak lepas dari masyarakat Tionghoa.
Sejak pemerintahan Hindia Belanda, kawasan Pasar Glodok merupakan permukiman masyarakat Tionghoa yang diasingkan pada masa pemberontakan.
Di sejumlah titik pemusatan penduduk Tionghoa, penjajah mengizinkan mereka untuk mendirikan pusat perdagangan.
Setelah itu, terbentuklah sejumlah pasar di Jakarta seperti Pasar Senen, Pasar Tanah Abang, termasuk Pasar Glodok.
”Pasar Glodok terbentuk karena ada konsentrasi penduduk Tionghoa di sana sekitar 1740-an. Secara sosiologis, masyarakat Tionghoa sejak awal adalah bakat-bakat pedagang sehingga waktu itu mereka diperbolehkan melakukan perdagangan oleh pihak penjajah,” ujar sejarawan sekaligus founder Komunitas Historia Indonesia Asep Kambali sebagaimana dilansir Jawa Pos, Senin (9/10).
Seiring perkembangan Kota Batavia, di bawah kepemimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon (JP) Coen, peradaban masyarakat Tionghoa di Glodok semakin maju.
Glodok menjadi perkampungan ramai dan pusat perdagangan daerah pinggiran.
Sebagai kawasan pusat perdagangan, daya tarik Glodok mengundang banyak perhatian warga sekitar untuk datang ke kawasan tersebut.
Keberadaan kawasan Pasar Glodok, Jakarta, tak lepas dari masyarakat Tionghoa.
- Glodok Chinatown: Simbol Keharmonisan dalam Komunikasi Antarbudaya
- Inilah Janji Ridwan Kamil kepada Warga Tionghoa di Glodok
- Ganjar Lari Pagi, Cukur Rambut, hingga Mengunjungi Vihara di Glodok
- Sandiaga Tertarik Berlatih Wushu, Hingga Beri Bantuan Peralatan di Pecinan Glodok
- Penghuni Ruko di Glodok Seketika Berhamburan, Panik, Berteriak Minta Tolong
- Ahok: Lu Kira Gampang jadi Orang Glodok