Sekilas Tentang Glodok, Kawasan Favorit Daendels
Senin, 09 Oktober 2017 – 21:04 WIB
Sebuah mobil pickup dan beras dua ton yang baru dibeli untuk kebutuhan dagang ditinggalkan begitu saja.
”Habis saya waktu itu. Sampai akhirnya pasar mau dibangun lagi, saya harus jual beberapa lapak di tempat lain untuk memulai jualan di Pasar Glodok,” jelas Ridwan.
Menurut Ridwan, setelah pasar dibangun kembali pascakonflik, aktivitas perdagangan tak bisa sejaya dulu.
Meskipun sempat ramai, tetap tak sesemarak sebelum masa konflik.
”Apalagi setelah tahun 2000, saingan sudah semakin banyak. Tambah tahun, pengunjung makin sepi,” ungkapnya. (agf/c21/sof)
Keberadaan kawasan Pasar Glodok, Jakarta, tak lepas dari masyarakat Tionghoa.
Redaktur & Reporter : Ragil
BERITA TERKAIT
- Glodok Chinatown: Simbol Keharmonisan dalam Komunikasi Antarbudaya
- Inilah Janji Ridwan Kamil kepada Warga Tionghoa di Glodok
- Ganjar Lari Pagi, Cukur Rambut, hingga Mengunjungi Vihara di Glodok
- Sandiaga Tertarik Berlatih Wushu, Hingga Beri Bantuan Peralatan di Pecinan Glodok
- Penghuni Ruko di Glodok Seketika Berhamburan, Panik, Berteriak Minta Tolong
- Ahok: Lu Kira Gampang jadi Orang Glodok