Sekitar 200 Warga Indonesia Meninggal Akibat Demam Berdarah 2 Bulan Terakhir

Sekitar 200 Warga Indonesia Meninggal Akibat Demam Berdarah 2 Bulan Terakhir
Sekitar 200 Warga Indonesia Meninggal Akibat Demam Berdarah 2 Bulan Terakhir

Tingginya angka DBD di Indonesia, sebut Anung, sebagian besar disebabkan oleh kondisi syok dan terganggunya homeostasis atau karakteristik dari suatu organisme untuk mengatur kondisi internal tubuh manusia.

"DBD memengaruhi homeostasis karena ada kebocoran pembuluh darah sehingga akan mengakibatkan gangguan keseimbangan dalam homeostasis cairan yang beredar dalam tubuh."

"Akibatnya terjadi syok tadi," katanya kepada Nurina Savitri dari ABC Indonesia hari Rabu (20/2/2019).

Kemenkes, ujar Anung, telah mengeluarkan surat edaran kepada semua Gubernur di Indonesia tentang kesiagaan menghadapi peningkatan kasus DBD.

Hasilnya, 420 Kabupaten dan Kota melaporkan adanya peningkatan kasus DBD di wilayahnya.

Atasi DBD lewat bakteri Wolbachia

Sekitar 200 Warga Indonesia Meninggal Akibat Demam Berdarah 2 Bulan Terakhir Photo: Peta frekuensi wolbachia wilayah Kota Yogyakarta. (Supplied)

Berbagai langkah untuk mencegah wabah DBD di Indonesia telah dilakukan.

Salah satunya lewat penelitian bersama antara para peneliti dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia dengan peneliti Monash Univeristy di Australia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News