Sekolah Ngutang, Guru jadi Sales
Sabtu, 11 Mei 2013 – 13:56 WIB
Siti menceritakan, saat ujian nasional (UN) sekolahnya harus mendirikan tenda di luar kelas, untuk para pengawas dan sebagian para peserta ujian. Apalagi, minggu depan siswa kelas VII dan VIII melaksanakan ujian kenaikan kelas. “Ini akan menggunakan anggaran yang cukup besar. Saya sudah berulang kali menanyakan kepada Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota Bogor, tetapi jawabannya selalu sama, belum cair," katanya kepada Radar Bogor (JPNN Grup).
Baca Juga:
Molornya pencairan dana BOS juga dikeluhkan para guru honorer. Mereka mengaku sudah lima bulan tidak mendapatkan upah mengajarnya.
Ahdati guru MI, dan Dian Lestari gurus MTs mengaku setiap bulan biasa mendapatkan gaji antara Rp250-Rp500 ribu. "Sekarang kami hanya menghemat keuangan rumah tangga. Beruntung, keuangan rumah tangga saya sekarang masih bisa ditopang penghasilkan dari suami," pungkasnya.
Sementara itu, Bidang Tata Usaha, MTs Darul Arham, Kecamatan Tenjo, Muhlis mengatakan, besaran gaji guru honor di Kecamatan Tenjo dihargai Rp6 ribu sampai Rp10 ribu perjam. Guru yang mengajar setiap hari paling banter hanya mengantongi Rp1 juta perbulan. “Tapi kebanyakan gajinya cuma 200 ribu, jarang yang sampai Rp1 juta,” ujar Muhlis.
BOGOR - Bantuan operasional sekolah (BOS) madrasah yang tak kunjung cair membuat proses belajar mengajar (KBM) terganggu. Pihak sekolah harus mencari
BERITA TERKAIT
- Talent DNA Jadi Solusi Identifikasi Bakat Digital Anak
- Mendiktisaintek Sampaikan Program Prioritas 2025, Ada Pembangunan Sekolah Unggul
- Dirjen GTK Berharap Tidak Ada Kesalahpahaman soal Orprof Guru
- Inilah Urgensi Revisi UU Sisdiknas, Ada soal Ranking 60 dari 61 Negara
- Terobosan Kemendikdasmen di 2024: Guru ASN PPPK & PNS Bisa Mengajar di Sekolah Swasta
- Lewat Kegiatan Ini, Para Mahasiswa Dibekali Wawasan Tentang Kepabeanan dan Cukai