Sektor Energi di Australia Melemah, Warga Indonesia Ini Beralih Jualan Martabak
"Saya melihat ada potensi market untuk martabak manis yang cukup luas. Martabak itu makanan yang disukai semua umur, dan snack yang digemari orang Indonesia sejak jaman dulu dan sekarang. Tak hanya itu, martabak juga dikenal oleh warga negara Asia Tenggara lainnya,"
Atje yang pertama kali datang ke Brisbane, Australia di tahun 1997 sebagai mahasiswa teringat betapa sulitnya menemukan martabak manis yang autentik, seperti di Indonesia.
Awalnya ia hanya membuat martabak untuk acara-acara bersama teman-teman sesama warga Indonesia, tidak pernah terlintas dalam benaknya jika kini menjadi bisnis yang ia jalani dengan serius.
Bagi Atje modal utama tentu saja keahlian dalam membuat martabak, selain juga beberapa peralatan untuk membuat martabak.
"Saya percaya jika ingin memulai sesuatu itu dari yang kecil saja dulu, melihat bagaimana pasar menanggapi produk kita," ujarnya kepada Erwin Renaldi dari ABC Australia Plus Indonesia.
"Modal saya pun juga hanya kompor gas, mixer yang ada di rumah, memang ada loyang khusus martabak manis dari Indonesia," tambahnya.
Martabak yang dibuat Atje di rumahnya sendiri. Koleksi pribadi.
Dalam seminggu, Atje bisa menjual sekitar 12 hingga 15 loyang martabak. Sementara kalau ia berjualan di acara-acara pameran bisa laku sekitar 40 loyang.
Salah satu warga Indonesia yang bekerja di sektor energi di Australia terpaksa kehilangan pekerjaanya, setelah harga komoditi dari sektor ini terus
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan
- Dunia Hari Ini: Konvoi Truk Bantuan Untuk Gaza Dijarah Kelompok Bersenjata