Sektor Pendidikan Australia Berada di Persimpangan Jalan dalam Persaingan Global
Dalam dua tahun terakhir, minat untuk belajar ke Australia turun dari 17 persen menjadi 12 persen.
Di pasar India, minat ke Australia turun drastis dari tadinya 20 persen menjadi 9 persen dalam periode yang sama.
Dari 3.650 responden asal 55 negara, 39 persen memilih Kanada sebagai pilihan pertama untuk sekolah, disusul Amerika Serikat dan Inggris (masing-masing 17 persen), dan Australia 16 persen.
Survei menunjukkan bahwa kesempatan bekerja, insentif menjadi migran, dan belajar di kampus menjadi alasan utama bagi pengambilan keputusan.
Mahasiswa mencari kesempatan di tempat lain
Sama seperti Zarana Patel, banyak mahasiswa internasional datang ke Australia bukan karena kualitas pendidikan saja, tapi juga karena peluang menjadi warga permanen.
Ketika pandemi COVID melanda, Australia menutup perbatasan internasional sehingga setidaknya 150 ribu mahasiswa asing tidak bisa kembali.
Banyak mahasiswa asing yang bertahan di Australia juga mengalami kesulitan karena mereka tidak berhak dapat tunjangan dari pemerintah , dan juga kehilangan pekerjaan dan tidak bisa kembali ke negara asal.
Ketika masih menjadi mahasiswa di universitas, Zarana bekerja sebagai pembersih di Sydney Barat untuk membiayai hidupnya dan membayar uang kuliah.
Saat ini sektor pendidikan tinggi Australia dalam masa kritis di tengah persaingan internasional untuk menarik mahasiswa internasional
- Sekolah Cendekia Harapan Raih 7 Penghargaan Bergengsi, Hadirkan Pendidikan Berbasis Penelitian
- Pemilik Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Minta Lebih Diperhatikan
- Dukung Dunia Pendidikan, Swiss-Belhotel Pondok Indah Kucurkan Donasi lewat GNOTA
- Ibas Ajak Perempuan Sadar Akan Potensinya
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?
- KAI Logistik Goes to School Salurkan Ribuan Buku untuk Murid SD