Sektor Properti Tiongkok Terancam Anjlok Akibat Kasus Evergrande, Perusahaan Dengan Utang Rp4 Ribu Triliun

"Perusahaan kami nyaris bangkrut, tidak mungkin lagi bisa terus beroperasi," tambahnya.
Dia menolak menyebutkan namanya, tetapi mengaku sebagai bagian dari karyawan yang menuntut perusahaan mengembalikan uang yang mereka investasikan dalam produk manajemen keuangan.
"Perusahaan berutang lebih dari $1 juta kepada kami," ujar wanita itu sebelum petugas keamanan Evergrande menghentikan wawancara.
Video tentang aksi protes karyawan Eevergrande pada awal bulan ini. Laporan media menyebutkan perusahaan meminta 80 persen karyawannya menginvestasikan uang mereka ke Evergrande di saat krisis mulai meningkat.
Karyawan hanyalah salah satu dari kelompok yang dirugikan dalam keruntuhan yang dapat menyebar ke sektor lain perekonomian terbesar kedua di dunia ini.
Dan pada gilirannya akan menurunkan permintaan ekspor sumber daya alam dari negara lain seperti Australia.
Sama seperti sudah mati
Kelompok lain yang menuntut pembayaran adalah ribuan pemasok, yang telah menjual segala sesuatu ke Evergrande, mulai dari jasa pengecatan, pipa, hingga semen.
"Saya khawatir tidak akan pernah mendapatkan uang saya kembali. Saya datang di sini untuk melihat apakah manajemen mau berdialog dengan kami," kata Zhang Yijun, 62 tahun, seorang pengusaha dari kota Wuxi di Tiongkok timur.
Perusahaan raksasa properti Tiongkok, Evergrande, berkembang sangat pesat sehingga melebar ke berbagai sektor mulai dari klub sepakbola, susu formula bayi, hingga mobil listrik
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Soal Penutupan Sementara Padma Hotel Bandung, Ini Penjelasan Manajemen
- Balik Kucing
- Tarif Tarifan
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia