Sektor Properti Tiongkok Terancam Anjlok Akibat Kasus Evergrande, Perusahaan Dengan Utang Rp4 Ribu Triliun

Dia telah menunggu sekitar enam bulan untuk pembayaran sebesar $5 juta.
Seorang pemasok lain datang dari Shanghai untuk meminta menagih sebesar $2 juta.
"Evergrande mengatakan akan menggunakan propertinya sebagai jaminan pembayaran hutang mereka kepada kami. Tapi itu properti sampah yang tidak dapat dijual oleh mereka, jadi kami pun tidak akan dapat menjualnya," katanya.
"Kami membutuhkan uang ini untuk melunasi kreditor dan bank. Tanpa uang tunai, kami sama saja seperti sudah mati," tambahnya.
Meskipun harga properti meroket di kota-kota utama Tiongkok, namun kelebihan pasokan apartemen di kota-kota kecil dan kurang diminati telah membatasi permintaan untuk proyek-proyek Evergrande dan mengurangi penjualan.
Situasi semakin memburuk karena sekitar 1,4 juta pembeli apartemen yang konstruksinya belum selesai kini meminta kembali uang mereka.
Dibandingkan dengan kasus Lehman Brothers
Saat krisis Evergrande memburuk, para pengamat membandingkan kasus konglomerat properti itu dengan Lehman Brothers.
Perusahaan jasa keuangan dalam kasus yang dipicu Lehman Brothers mengajukan kebangkrutan pada akhir 2008, menyebabkan krisis keuangan global.
Perusahaan raksasa properti Tiongkok, Evergrande, berkembang sangat pesat sehingga melebar ke berbagai sektor mulai dari klub sepakbola, susu formula bayi, hingga mobil listrik
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Soal Penutupan Sementara Padma Hotel Bandung, Ini Penjelasan Manajemen
- Balik Kucing
- Tarif Tarifan
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia