Sektor Properti Tiongkok Terancam Anjlok Akibat Kasus Evergrande, Perusahaan Dengan Utang Rp4 Ribu Triliun
Para pakar memperingatkan "penularan" yang lebih luas bisa terjadi jika pengembang properti lain yang memiliki utang besar juga mulai gagal bayar seperti Evergrande.
Proyek konstruksi yang belum selesai adalah pemandangan yang relatif umum di beberapa kota di Tiongkok karena pengembang kecil telah banyak yang bangkrut.
Bulan lalu, pihak berwenang di Kunming meruntuhkan 15 blok apartemen yang belum selesai dalam pembongkaran terkontrol.
Pembongkaran serupa terjadi di Shanghai pada bulan April untuk sekelompok bangunan yang tidak kunjung selesai selama 20 tahun.
Pemandangan seperti ini ditambah dengan adanya sekitar 65 juta apartemen kosong di seluruh negeri, telah lama memicu spekulasi anjloknya sektor properti Tiongkok.
Namun sebagian besar analis menepis kasus Evergrande bisa memicu krisis keuangan global.
"Sejumlah pemberitaan yang menyebut kasus ini sebagai momen Lehman di Tiongkok terlalu dilebih-lebihkan," kata sebuah analisa dari kelompok jasa keuangan Nomura.
"Para pengembang bermasalah ini, meskipun memiliki neraca yang relatif besar, bukanlah lembaga keuangan," katanya.
Perusahaan raksasa properti Tiongkok, Evergrande, berkembang sangat pesat sehingga melebar ke berbagai sektor mulai dari klub sepakbola, susu formula bayi, hingga mobil listrik
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Fasilitas di Arandra Residence Kini Semakin Lengkap dengan Hadirnya Superindo
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Berpengalaman 19 Tahun, Safira Group Wujudkan Hunian Impian di Solo Raya