Selalu Bawa Alat Kejut Listrik untuk Hadapi Pria Iseng
Kamis, 06 Juni 2013 – 06:12 WIB
Aristi mengawali perjalanan menggowes bersama Paimo dari Kota Anneci menuju Kota Chamonix, Prancis. Menurut dia, perjalanan bersepeda tersebut cukup mudah. Sebab, hampir semua negara di Eropa sangat ramah terhadap para biker.
Fasilitasnya pun lengkap. Mulai peta bersepeda, tempat parkir sepeda yang selalu tersedia, hingga camping ground yang luas bagi para pesepeda. Bahkan, sepeda bisa dibilang strata teratas dalam tingkatan kendaraan di Eropa. "Bahkan, mobil itu kalau ada sepeda yang mau melintas ya ngalah. Istilahnya, pesepeda itu paling dihormati lah," tegasnya.
Namun, tampaknya, Aristi belum terbiasa menggowes dalam cuaca dingin. Sebelumnya, dia baru bersepeda jarak jauh di benua Asia yang iklimnya relatif hangat. Karena itu, dia pun awalnya kesulitan. Apalagi, rute yang dilalui menanjak karena merupakan area kaki gunung Mont Blanc. Lagi pula, saat itu sering turun hujan. Dia pun menggowes dengan mengenakan raincoat dan pakaian hingga dua lapis, namun tidak memakai helm.
"Waktu nanjak itu, pembuluh darah kita membesar. Kalau tertekan helm, rasanya sakit. Tambahan lagi, semakin ke atas, oksigennya semakin tipis. Jadinya aku ngos-ngosan," katanya.
Penghobi bersepeda jarak jauh atau populer disebut long distance cycling masih sangat jarang, apalagi perempuan. Aristi Prajwalita adalah perkecualian.
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara