Selalu Bawa Alat Kejut Listrik untuk Hadapi Pria Iseng
Kamis, 06 Juni 2013 – 06:12 WIB
Sampai di Chamonix, Aristi dan Paimo sempat menuju Italia sembari menunggu rombongan pendaki dari Indonesia yang juga berencana mendaki Mont Blanc. Ketika rombongan tersebut datang, mereka pun mempersiapkan diri untuk mendaki. Pendakian tersebut cukup menguras mental dan fisik Aristi. Namun, dia harus berusaha tetap sehat dan tidak kehilangan semangat. Sebab, perjalanan masih panjang.
Dari Anneci, Prancis, dia harus kembali ke Belanda. Dari Denhaag, Belanda, dia menggowes hingga Brussels, Belgia. "Saat menggowes dari Denhaag ke Brussels itu, aku berpisah sama Mas Paimo," ujarnya.
Meski pengalaman menggowes di benua Eropa bisa dibilang cukup aman bagi pesepeda jarak jauh perempuan seperti dirinya, Aristi mengaku kurang puas. Alasannya, perjalanan menjadi kurang seru. Berbeda dengan saat menggowes di negara-negara Asia. Meski keamanan belum terjamin, petualangan penuh tantangan.
Ketika ditanya pengalaman menggowes jarak jauh yang paling menyenangkan, Aristi dengan mantap menjawab rute Vietnam"Tiongkok. Meski terkendala bahasa serta fasilitas yang serbakurang, dia mengaku sangat menikmati. Saat berada di Tiongkok, Aristi beberapa kali salah jalan karena tidak bisa membaca penunjuk jalan dengan huruf kanji Mandarin.
Penghobi bersepeda jarak jauh atau populer disebut long distance cycling masih sangat jarang, apalagi perempuan. Aristi Prajwalita adalah perkecualian.
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara