Selalu Ingat Cerita Komjen Pol Anang Iskandar

Selalu Ingat Cerita Komjen Pol Anang Iskandar
Ono Cahyono. Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos

Di antaranya, Kapolri Jenderal Sutarman, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Anang Iskandar, dan Kadivhumas Mabes Polri Irjen Pol Ronny F. Sompie. ”Kalau Pak Sutarman tidak pernah (dipijat, Red), tapi kalau Pak Anang sering. Berapa kali? Tidak terhitung,” ujarnya.

Selain nama-nama itu, nama-nama lain tidak luput dari jasa Geno. Sebut saja Kombespol Coki Manurung dan Kapolrestabes Surabaya saat ini Kombespol Setija Junianta. Seingat bapak tiga anak tersebut, dua nama itu sudah puluhan kali dipijatnya. ”Sering kali pijatnya malam setelah beliau selesai melaksanakan tugas,” jelasnya.

Namanya juga pijat, tentu saja tidak hanya bahu atau punggung. Tapi, juga kaki, tungkai, dan tidak jarang kepala. Nah, bicara soal pemijatan di wilayah kepala ini tentu menjadi hal yang tidak mudah. Rasa kikuk dan sungkan bisa saja menyergap. Sebab, sering kali bagi kebanyakan orang atau bahkan anggota kepolisian, sekadar untuk berbicara dengan Kapolrestabes saja mereka sungkan. Apalagi harus memegang tubuhnya. Lebih-lebih bagian kepala.

Geno pun merasakan kikuk tersebut. Sebab, yang dipijatnya adalah pimpinan polisi. Orang penting dan dihormati sekaligus disegani banyak orang. ”Tapi, karena pekerjaan saya memijat, ya saya akhirnya terbiasa. Yang terpenting, sebelum memijat bagian kepala, saya meminta izin dulu. Kalau diperkenankan ya saya pijat, kalau tidak berkenan ya tidak saya pijat,” ungkapnya.

Selama ini Geno tidak pernah bermasalah soal itu. Setiap pimpinan polisi yang dipijatnya merasa nyaman kalau harus dipijat bagian kepalanya. Rasa nyaman tersebut setidaknya tergambar dari upah yang diterimanya. Geno memang tidak mau menyebut angkanya. Namun, dia mengaku cukup besar. Padahal, dia tidak pernah mematok harga.

Rasa nyaman itu juga ditangkapnya dari masih dipercaya dirinya memijat pada waktu-waktu berikutnya. Bahkan, sering kali Geno dipanggil untuk memijat saat larut malam. Tidak jarang pula, dia diminta memijat relasi sang Kapolrestabes atau Kapolwiltabes. Karena itu, Geno semakin nyaman pula memijat para pimpinan kepolisian Surabaya tersebut.

Menurut Geno, kenyamanan itu bukan saja karena faktor upah. Pria yang kini beralamat di Mojokerto tersebut tidak memungkiri bahwa dirinya bekerja untuk mengais pundi-pundi rupiah. Tapi, dia juga merasakan sebuah kebanggaan karena bisa membantu pemangku jabatan tertinggi di kepolisian Kota Pahlawan terbebas dari rasa capai yang menyergap tubuhnya.

”Yang menyenangkan lagi, saya sering mendapat pelajaran berharga dari cerita-cerita yang beliau-beliau ungkapkan saat saya pijat,” katanya.

YANG tak mengenalnya bakal mengiranya sebagai polisi. Sebab, laki-laki itu sering terlihat di Polrestabes Surabaya. Entah itu di ruang piket satreskrim,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News