'Selama Ini Ternyata Saya Dibohongi': Kerugian Konsumen dalam Dugaan Korupsi BBM

'Selama Ini Ternyata Saya Dibohongi': Kerugian Konsumen dalam Dugaan Korupsi BBM
Banyak orang yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap produk Pertamina setelah terkuaknya dugaan kasus korupsi yang terbaru. (Foto: Dokumentasi Pertamina)

Kejaksaan Agung (Kejagung) pada akhir Februari menetapkan sembilan tersangka dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) pada tahun 2018-2023.

Dari sembilan tersangka tersebut, enam di antaranya adalah petinggi anak usaha Pertamina, sementara tiga lainnya disebut sebagai pihak 'broker'.

Kejagung menemukan adanya dugaan Pertamina Patra Niaga membeli RON 90 (Pertalite) lalu mencampurnya dengan kandungan lain untuk dijual sebagai RON 92 (Pertamax) dengan harga yang lebih tinggi.

Menurut Dr Ing Tri Yuswidjajanto Zaenuri dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), bahan bakar yang dicampur bisa menimbulkan masalah.

"Lima puluh persen RON 88 jika dicampur dengan lima puluh persen RON 92 akan menjadi RON 90, sementara lima puluh persen RON 90 jika dicampur dengan lima puluh persen RON akan menjadi RON 91," jelas Yus kepada ABC Indonesia.

"Jika RON tidak sesuai dengan settingan mesin atau rekomendasi pabrik pembuat kendaraan, maka akan terjadi detonasi sehingga daya berkurang, konsumsi bahan bakar yang meningkat, kerusakan mesin, dan emisi gas buang yang meningkat," tambahnya.

Pupus mengaku salah satu sepeda motornya pernah mengalami kerusakan pada awal tahun 2024.

"Yang terakhir itu fuel pump-nya kena, ... pihak pengkel bilang: 'ini [penyebabnya] kayaknya dari bahan bakar," tutur pria yang sehari-hari menekuni usaha pengolahan dan pemanfaatan limbah ini.

Hingga Kamis pekan lalu, Pos Pengaduan Konsumen yang dibuka oleh LBH Jakarta dan CELIOS sudah menerima 619 pengaduan terkait Pertamina

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News