Selandia Baru Peringati Pembantaian di Masjid Christchurch

"Pada saat tertentu saya bertanya-tanya, mengapa dia tidak melarikan diri saja?" ujar Aya.
"Tapi kemudian saya sadar bahwa semua yang terjadi ada sebabnya. Dia tak melarikan diri dan kami ditinggalkannya demi suatu alasan," katanya.
Alasan itu, katanya, agar mereka bisa menyampaikan pesan bahwa kebencian tidak dapat dibenarkan.
Korban selamat lainnya, Muhammad Feroze Ditta, mengaku mengalami kesulitan tidur hingga kini.
"Saya masih sering mendengar teriakan di malam hari. Bagaimana bisa melupakannya," kata Feroze seperti dilaporkan wartawan ABC Barbara Miller, Mitchell Woolnough dan Kevin Nguyen.
Saat kejadian, ia berada di syaf bagian belakang jamaah Al Noor. Saat teroris itu muncul, ia berlari ke pintu samping, namun pintu itu tak bisa terbuka.

Kini ia menduga mereka tak bisa membua pintu samping ini karena panik. Pada akhirnya sejumlah jamaah berhasil mendobraknya, namun pintu itu hanya terbuka sebagian.
Umat Islam Selandia Baru memperingati setahun peristiwa Pembantaian Chrischurch yang dimulai dengan salat Jumat (13/3/2020) dihadiri ribuan orang
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia