Selebrasi Bak Sniper Cavani Diusir Wasit
jpnn.com - Paris Saint-Germain (PSG) tampil hebat dengan memukul tuan rumah RC Lens 3-1 dalam lanjutan Ligue 1 kemarin (18/10). Namun, pusat perhatian malah tertuju kepada wasit Nicolas Rainville.
---
WASIT Nicolas Rainville berlari mendatangi Edinson Cavani yang tengah melakukan selebrasi. Cavani berselebrasi setelah mencetak gol lewat tendangan penalti ke gawang RC Lens pada menit ke-55 kemarin. Tanpa ragu, Rainville langsung mengeluarkan kartu merah buat bomber Paris Saint-Germain (PSG) tersebut. Lho, apa kesalahan Cavani?
Rupanya, selebrasi ala sniper alias penembak jitu yang diperagakan Cavani dianggap sebuah pelanggaran berat oleh Rainville. Ya, setelah mencetak gol, bomber timnas Uruguay itu langsung bertumpu kepada satu lutut dan menarik pelatuk di sebuah senapan imajiner kepada fans.
Cavani, yang kaget dengan keputusan wasit, spontan melakukan protes. Keterkejutan semakin belipat karena wasit asal Nimes itu justru mengacungkan kartu merah.
''Mungkin wasitnya adalah pacifist liberal (orang yang tidak suka kekerasan secara ekstrem) dan bukan fans amandemen kedua. Dia menganggap Cavani penuh kekerasan.'' Demikian komentar seorang suporter PSG di akun Twitter-nya.
Kejadian yang menimpa Cavani langsung menuai kontroversi. Intinya, wasit berlebihan. Padahal, tidak ada peraturan yang secara tegas mengharamkan selebrasi dengan gaya menembak.
Selebrasi semacam itu (menembak) setelah mencetak gol sangat populer sejak 1990-an. Gabriel ''Batigol'' Batistuta mengenalkan selebrasi tersebut dengan senapan jenis AK. Tentu saja secara imajiner.
Sejak Batigol, banyak sekali striker kelas dunia yang mengadopsi gaya striker legenda Argentina itu. Misalnya, penyerang Brasil Sonny Anderson yang berselebrasi bergaya menembak dengan dua pistol. Lalu, winger Belanda Andy van der Mayde (sniper) dan Karim Benzema (bazoka, terutama saat bermain di Olympique Lyon).
Daftar akan bertambah panjang jika kita menyebut nama Mehdi Benatia, Konstantinas Mitroglou, Robbie Keane, Ronaldinho, Luis Suarez, hingga Carlos Tevez. Bahkan, karena seringnya melakukan selebrasi dengan gaya senapan, terutama saat membela Ajax Amsterdam, Suarez mendapat julukan El Pistolero.
''Kartu merah untuk sebuah selebrasi adalah hal yang sangat aneh. Cavani tidak berhak mendapatkan perlakuan seperti itu,'' ucap Presiden PSG Nasser Al Khelaifi sebagaimana dilansir Canal+.
''Ini adalah situasi yang tidak normal. Ini tidak bagus untuk sepak bola Prancis. Jika sepak bola Prancis ingin berkembang, hal seperti ini seharusnya tidak terjadi,'' imbuh pria asal Qatar itu.
Cavani bukan satu-satunya pemain yang mendapat kartu merah pada laga kemarin. Sebelum insiden Cavani, pemain Lens, Jean-Philippe Gbamin, juga dikeluarkan pada menit ke-54. Tiga menit setelah kasus Cavani, gelandang Lens lainnya, Jerome Le Moigne, juga diusir keluar.
''Ini bukan pertandingan yang bagus meski menarik. Wasit terlalu mudah mengeluarkan kartu,'' kecam Laurent Blanc, pelatih PSG, kepada Le Parisien.
Selain gol Cavani, gol PSG diciptakan Yohan Cabaye (28') dan MAxwell (34'). Lens lebih dahulu unggul melalui Adamo Coulibaly pada menit ke-10. (nur/c4/bas)
Paris Saint-Germain (PSG) tampil hebat dengan memukul tuan rumah RC Lens 3-1 dalam lanjutan Ligue 1 kemarin (18/10). Namun, pusat perhatian malah
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- PB Perpani dan Djarum Foundation Berkolaborasi Jaring Atlet Panahan Terbaik Indonesia
- Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kevin Diks Terancam Absen, Siapa Penggantinya?
- Nasib Shin Tae Yong Ditentukan Seusai Duel Timnas Indonesia vs Arab Saudi?
- Jorge Martin: Mimpi Saya jadi Kenyataan, Saya Juara Dunia
- Erick Thohir Masuk Ruang Ganti Timnas Indonesia, Tegang
- Italia vs Prancis: Les Bleus Menang 3-1, Adrien Rabiot Cetak 2 Gol