Selundupkan Uang Hingga Miliaran, Diduga Penyelundup Bekerja Sama dengan Aparat dan ABK

Selundupkan Uang Hingga Miliaran, Diduga Penyelundup Bekerja Sama dengan Aparat dan ABK
Selundupkan Uang Hingga Miliaran, Diduga Penyelundup Bekerja Sama dengan Aparat dan ABK

Amat mengatakan, APVA Batam sebagai asosiasi pedagang valas resmi mendukung aturan-aturan yang ditetapkan Bank Indonesia, terutama menertibkan pedagang-pedagang valas yang tak berizin. Pasalnya aksi pedagang valas tak berizin telah mengganggu pedagang valas resmi yang membayar pajak dari usahanya.

Namun, Amat juga berharap BI meninjau kembali aturan penukaran valas di bank sehingga pedagang valas resmi tak dipersulit dalam menukar mata uang untuk keperluan relasi. Jika aturan pengetatan tetap berlaku sementara money changer ilegal tetap menjamur, kondisi itu akan menurunkan citra bisnis penukaran mata uang di Batam.

”Kalau money changer ilegal tak dibasmi, itu sama saja mereka makan nangka, tapi kami yang kena getah,” terang Amat.

Amat mengatakan, penyelundupan uang ini bisa dipastikan dilakukan oleh pedagang valuta asing (valas) tidak resmi. Mereka harus menyelundupkan rupiah ke Singapura dan Malaysia untuk mendapatkan valas sebanyak-banyaknya. Selain mendapatkan harga dolar yang lebih murah sekitar Rp 35-Rp 100, mereka juga tidak memerlukan persyaratan untuk menukarkan uang tersebut.

Dengan dolar yang ditukarkan di Singapura, money changer ilegal bisa mencukupi kebutuhan mata uang asing investor di Batam. Konsumen pedagang valas ilegal pun tidak peduli mereka mendapatkan mata uang asing di gerai tidak resmi. Bagi mereka, mendapatkan valas dengah harga murah dan tanpa persyaratan yang berbelit membuat mereka memilih money changer ilegal tersebut.

Permainan kotor pedagang valas ilegal ini didukung banyaknya warga Batam yang bersedia menjadi kurir. Meski hanya mendapatkan upah sekitar 50 dolar Singapura sekali transaksi, nyatanya banyak kurir yang tergiur. Apalagi semua akomodasi dan tiket perjalanan mereka ditanggung.

Kepala BI Kantor Perwakilan Kepri, Gusti Raizal E Putra, beberapa waktu lalu mengatakan banyaknya pedagang valas di Batam disebabkan karena letaknya yang dekat dengan Singapura dan Malaysia.

”Batam tergolong daerah dengan permintaan valas cukup tinggi dan itu berbeda dengan daerah lain,” kata Gusti, kala itu.

BATAM - Aksi penyelundupan uang marak di Batam diduga kuat melibatkan oknum aparat di pelabuhan. Sehingga aksi tersebut seringkali berjalan mulus. Selain

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News