Sembahyang Rebutan

Oleh: Dahlan Iskan

Sembahyang Rebutan
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Saya bawa ke kapal.

Saya masukkan ke kapal.

Mereka pun mengikuti apa yang saya lakukan.

Setelah semua kertas arwah memenuhi kapal saya diminta menyulutkan api. Di susul para banthe. Juga tokoh-tokoh vihara.

Api pun menjulang tinggi. Kapal terbakar. Itu pertanda semua arwah sudah dilayarkan ke langit. Kapal pun habis terbakar.

Ritual terakhir: semua berjalan mengelilingi abu kapal itu. Seperti tawaf, tetapi hanya tiga kali. Sambil menyiprat-nyipratkan air.

Mengapa disebut hari raya Rebutan?

Di hari raya ini disajikan banyak sekali makanan dan buah-buahan. Setan pun lupa menganggu arwah almarhum. Mereka sibuk rebutan makanan yang tersedia di vihara.

Begitu saya masuk ruang operasi, puluhan umat Buddha di Surabaya berkumpul di vihara Kenjeran. Mereka menyalakan lilin. Berdoa. Selama delapan jam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News