Semen Merah Putih Raih Penghargaan Internasional dalam Praktik Pengurangan Emisi Karbon
Artinya, setiap ton semen yang diproduksi pada 2023 mengeluarkan 30 kg CO2 lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.
Oza menjelaskan di pabrik Bayah sudah menambahkan instalasi Alternative Fuels Feeding (AF) pada kalsiner di Kiln, guna meningkatkan Thermal Substitution Rate (TSR) hingga 5 persen pada 2024.
Peningkatan itu diharapkan dapat menghasilkan pengurangan emisi CO2 sebesar 70.000 ton.
Dari sisi energi, penggunaan Waste Heat Recovery System (WHRS) juga dioptimalkan mengubah panas buangan menjadi listrik, menghasilkan 85.702 MWh pada 2023.
Semen Merah Putih telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke sumber energi yang lebih berkelanjutan.
Langkah itu diharapkan dapat mengurangi emisi CO2, sambil mengoptimalkan penggunaan Waste Heat Recovery System (WHRS) untuk menghasilkan energi listrik yang ramah lingkungan.
"Perusahaan juga terus berinovasi dalam pengembangan produk, dengan fokus pada pengurangan penggunaan klinker untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan operasional." tambah Oza.
Selain itu, investasi juga telah dilakukan untuk mengganti truk dan forklift diesel dengan listrik, guna mengurangi emisi CO2.
Inisiatif pengurangan emisi CO2 oleh Semen Merah Putih telah mendapat pengakuan internasional dari World Cement Association pada WCA World Annual Conference
- SIG Tangkap Peluang Pertumbuhan Industri Semen dari Program 3 Juta Rumah
- Prospek Cerah Industri Semen Indonesia di Tengah Pemulihan Ekonomi
- Cemindo Gemilang Optimistis Industri Semen Bangkit di Paruh Kedua 2024
- Pakar Sebut Teknologi Co-prosessing pada Industri Semen Dapat Kurangi Konsumsi SDA
- Industri Semen Indonesia & Tiongkok Berkolaborasi untuk Hemat Energi dan Ramah Lingkungan
- Semen Merah Putih Bukukan Laba Bersih Rp 159 Miliar