Semoga Saya Tidak 100 Persen Laki-Laki
Tapi, mengapa pasangan gay dan lesbian ngotot minta perkawinan mereka disahkan? Bukankah mereka bisa diam-diam kumpul kebo begitu saja? Apakah dengan kawin itu mereka lantas merasa tidak berdosa?
Ternyata tidak begitu. Ini masalah hukum semata. Ini menyangkut asuransi, warisan, tanggungan biaya kesehatan, dan pajak. Misalnya, sang ”istri” mau operasi di rumah sakit. Sang ”suami” tidak bisa memberikan tanda tangan persetujuan. Atau ketika ”suami” bekerja, sang ”istri” tidak bisa mendapat tunjangan.
”Istri” juga tidak akan dapat asuransi jiwa dan warisan lainnya. Mereka juga harus membayar pajak penuh karena pasangan tidak bisa jadi faktor pengurang. Intinya, sang ”istri” atau ”suami” tidak bisa mendapatkan hak-haknya sebagai pasangan hidup.
Padahal, menurut pengakuan kelompok itu, mereka benar-benar saling mencintai dan menyayangi. Mereka tidak mau ini dianggap melanggar agama. ”Bukankah ini kehendak Tuhan juga?” kata mereka.
Saya tidak tahu apakah ini kehendak Tuhan. Atau kehendak manusia. Atau bahkan ini semata-mata kehendak lingkungan yang menciptakannya. Tapi, saya yakin suatu saat nanti dokter ahli kromosom, ahli DNA, dan ahli sel (cell) akan bisa menjelaskannya secara biologis.
Lalu para ilmuwan itu bisa melakukan modifikasi gen atau sel atau DNA atau sejenisnya. Sejak masih bayi. Atau bahkan sejak masih di kandungan. Para ilmuwan itu akan bisa melakukan pengurangan kromosom tertentu yang membuat anak-anak memiliki kecenderungan gay atau lesbi. Dengan demikian, semua bayi yang lahir ke dunia akan bisa dipastikan: kalau tidak laki-laki ya perempuan. Tidak ada yang setengah-setengah, atau seperempat-seperempat seperti itu. Agar tidak ada persoalan lagi di dunia ini. Atau agar jangan ada lagi yang menyalahkan Tuhan. Para ilmuwan akan bisa membuat manusia berkurang dosanya. Inilah dakwah ”bil-hal”-nya para dokter ahli nanti.
Bukankah jangan-jangan, menurut struktur kromosom yang ada dalam tubuh manusia, sebenarnya hanya sebagian di antara laki-laki itu yang benar-benar 100 persen laki-laki. Demikian juga perempuannya. Sebagian lagi mungkin saja kelelakiannya hanya 90%, 80%, 70%, 60%, atau di antara angka-angka itu. Yang perempuan pun demikian juga. ”Berapa persen keperempuanan Anda?” mungkin akan diketahui segera.
Saat ini pun sudah terbit sebuah buku yang mengulas kecenderungan kromosom manusia. Umur pendek atau mati karena kecelakaan, menurut buku Women After All karya Prof Dr Kevin Konner dari Emory University, Atlanta, lebih ditentukan susunan kromosom dalam diri mereka. Yakni karena mereka memiliki unsur SRY dalam DNA-nya. SRY itu berada di dalam kromosom Y. Bahkan, pemilik kromosom Y ini punya kecenderungan lain: melakukan kekerasan atau jadi korban kekerasan.