Sempat Divonis Hanya Punya 20 Persen Harapan Hidup
Senin, 05 Juli 2010 – 08:06 WIB
Keluarga lantas membawa dia ke Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta. Oleh dokter di sana, Setiawan Djody disuntik dengan stem cell. Diharapkan, dengan terapi tersebut, sel livernya yang belum rusak bisa beregenerasi dan menutup yang rusak.
Namun, sebulan setelah diberi suntikan tersebut, kondisinya tidak lebih baik. Perutnya tetap bengkak. Muka dan kulitnya mulai menghitam. Bahkan, untuk kali pertama, sekitar Mei 2009, Setiawan Djody akhirnya mengalami perdarahan. "Itu kali pertama, perdarahan ringan ke belakang," kenangnya.
Pada saat kritis tersebut, salah seorang pendeta Katolik menjenguknya di RS Pondok Indah malam-malam. Pendeta itu datang bersama seorang pengusaha besar di Indonesia, teman Setiawan Djody. "Saya Islam, tapi saya pluralist seperti Gus Dur, teman saya juga dari mana-mana," kata pemegang gelar MBA dari Universitas Wharton, Amerika Serikat, pada 1974, tersebut.
Kepada pendeta itulah Setiawan Djody perlu menyampaikan rasa terima kasih secara khusus. Sebab, pendeta tersebut memerintah dia segera berobat ke Singapura. "Kalau bisa, malam ini terbang, bisa kan" Jangan ditunda-tunda lagi," katanya, menirukan perintah pendeta tersebut.
SEJAK dipastikan positif menderita sirosis liver pada 2007, Setiawan Djody sebenarnya mulai keluar-masuk rumah sakit, baik di dalam maupun luar negeri.
BERITA TERKAIT
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas