Sempat Jaminkan Gunting untuk Makan, Kini Tinggal di Hotel

Sempat Jaminkan Gunting untuk Makan, Kini Tinggal di Hotel
Foto: dok pribadi

Hari-hari berikutnya, Andik mulai berjalan kaki mencari pekerjaan. Hingga akhirnya dia diterima bekerja di PT Palm, Sanur. Andik benar-benar merangkak dari nol. Saat di Sanur, itu dia mengalami masa-masa sulit. Seperti saat menunggu gajian. "Saya tidak bisa makan, kadang hanya sekali sehari. Gunting saya titipkan di warung (sebagai jaminan)," katanya miris. Ketika itu tahun 1986, dia mendapat bayaran Rp 15 ribu " Rp 20 ribu per minggu untuk jahit borongan.

Andik tidak menyerah. Dia terus menekuni pekerjaannya. Ilmu di bidang menjahitnya pun semakin bertambah. Hasil jahitannya juga diekspor ke luar negeri. Relasinya juga semakin luas. Salah satunya dengan seorang konsultan desainer dari Jepang. "Saya dikasih bahan-bahan banyak untuk belajar," kata Andik.

Dia sempat berpindah-pindah tempat bekerja, hingga akhirnya  sampai ke Kuta. Terakhir dia bekerja di Merino, sebuah perusahaan baru di kawasan Legian. "Tiga tahun saya di sana," katanya. Tahun 1999, seseorang mengajaknya untuk mengadu peruntungan di Brunei Darussalam. Pekerjaannya masih sama, menjahit. Namun yang dilayani adalah kalangan elit di sana. "Bos saya punya salon dan merias keluarga kerajaan. Jadi saya ikut mendesain baju untuk orang-orang elit," urai Andik.

Tapi itu tak lama. Maret 2000, dia kembali ke Pulau Dewata dan bekerja di Martan Lansadi, salah satu tailor terbaik di Bali. Tugas Andik, di antaranya membuat baju pengantin. Namun peristiwa bom Bali membuat pelanggannya surut. Nah, di situlah awal mula Andik ke PNG. Seorang customer-nya, Kevin Yaxley yang merupakan bos tailor Artisan Airways Hotel di Port Moresby menawarinya untuk bergabung. Awalnya Andik ragu karena lebih suka jika ke Australia. Tapi akhirnya dia berangkat pada 11 Mei 2006. "Semua biaya ditanggung, tinggal berangkat. Saya tinggal kirim aplikasi dan paspor," jelas Andik yang bisa berbahasa Inggris secara otodidak ini.

Keahlian menjahit telah mengantar Andik Sutrisno berkelana hingga ke negeri seberang, Papua Nugini. Bahkan, jika perdana menteri dan para menteri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News