Sempat Menangis, Hamsad Rangkuti Berupaya Melepas Jarum Infus
Hamsad mendarat di Jakarta pada 1964 bersama rombongan delegasi pengarang Sumut yang mengikuti Konferensi Karyawan Pengarang Seluruh Indonesia. Penulis Sampah Bulan Desember itu termasuk penanda tangan Manifesto Kebudayaan yang intinya menentang upaya menjadikan politik sebagai panglima.
Menghabiskan masa kecil dan remaja di Kisaran dan Tanjungbalai, cerpen pertama Hamsad bertajuk Sebuah Nyanyian di Rambung Tua dimuat di sebuah koran di Medan. Diva Press, sebuah penerbit di Jogjakarta, juga menerbitkan lagi novelnya, Ketika Lampu Berwarna Merah, pada Mei lalu.
Hamsad dikenal akrab dengan berbagai kalangan, termasuk generasi yang jauh di bawahnya. Sastrawan muda Sunlie Thomas Alexander masih mengingat betapa kocaknya Hamsad saat diundang ke Bangka dalam rangka Temu Sastrawan Indonesia II pada 2009.
”Itu terakhir saya ketemu langsung dengan beliau. Kebetulan, saya ketua panitia waktu itu,” kata Sunlie, yang tengah berada di Taiwan, kepada Jawa Pos melalui Facebook Messenger.
Selama acara itu, kenang Sunlie, Hamsad bercengkerama riang dengan para pengarang muda. ”Bagi saya, dia seorang cerpenis Indonesia yang luar biasa. Cerpen-cerpen realis konvensional beliau sulit ditandingi,” katanya.
Kondisi kesehatan Hamsad mulai drop sekitar setahun setelah menerima SEA Write Award. Pemicunya, tutur Nur, lahan berukuran 5x12 meter yang dia klaim sebagai miliknya diambil alih secara sepihak oleh Pemerintah Kota Depok.
Di tanah yang hanya berjarak beberapa meter dari kediaman Hamsad itu, Pemerintah Kota Depok lantas membangun tempat pembuangan sampah. Nur menuturkan, dirinya dan Hamsad sudah berusaha keras melakukan perlawanan. Tapi gagal.
”Kami malah dituduh melawan pemerintah. Melawan bagaimana? Kami hanya inginkan kebenaran. Bapak ini dipakai pemerintah ke mana-mana, tapi sekarang diperlakukan begitu,” katanya.
SASTRAWAN kenamaan Hamsad Rangkuti tergolek sakit. Sudah dua pekan dia tidak beraktivitas. Koleganya berharap pemerintah turut memberikan perhatian.
- Setahun Badan Karantina Indonesia, Bayi yang Bertekad Meraksasa demi Menjaga Pertahanan Negara
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala