Sempoa, Teknologi Hitung Tradisional yang Masih Eksis
Kesederhanaan yang Membantu Manusia dalam Hitungan Abad
Jumat, 02 April 2010 – 06:25 WIB
"Anak muda sekarang jarang yang mempunyai keahlian menggunakan sempoa. Jika ada, bisa dihitung jumlahnya. Selain minat anak juga kurang, tenaga terampilnya juga saat ini sudah mulai tidak ada," tambahnya.
Menurut San Liong, keterampilan ini perlu dikembangkan, agar tidak punah. Untuk itu, perlu adanya perlombaan-perlombaan, pembinaan dan pendidikan, mulai dari tingkat anak-anak (sekolah dasar), untuk membiasakan hal tersebut.
"Pada dasarnya keterampilan ini baik. Tetapi memang saat ini sudah mulai ditinggalkan. Belajarnya terbilang sulit untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih sempurna. Tetapi kalau hanya untuk penjumlahan dan pengalian, akan lebih mudah mempelajarinya. Sebagai tahap dasar, biasanya dengan melakukan penjumlahan," timpalnya.
Maka dari itu, salah satu usaha agar keterampilan tersebut tidak punah, San Liong mengajarkannya kepada anak-anaknya mulai sejak kecil. Meskipun sampai sekarang pun mereka belum sempurna. Sembari melakukan itu, ia pun berharap ada acara-acara resmi yang mengakomodir potensi anak-anak yang pandai menggunakan sempoa. (*)
Bentuknya seperti sate telur puyuh. Ia hanya memiliki bingkai untuk menyangga. Ia bukan makanan, melainkan alat bantu hitung dengan variasi warna
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Rumah Musik Harry Roesli, Tempat Berkesenian Penuh Kenangan yang Akan Berpindah Tangan
- Batik Rifaiyah Batang, Karya Seni Luhur yang Kini Terancam Punah
- 28 November, Masyarakat Timor Leste Rayakan Kemerdekaan dari Penjajahan Portugis
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara