Semua Pihak Harus Bersinergi untuk Atasi Stunting

jpnn.com, JAKARTA - Data World Health Organization (WHO) menunjukkan 7,8 juta dari 23 juta balita di Indonesia mengalami stunting akibat gizi buruk.
Angka itu menempatkan Indonesia di posisi lima besar negara dengan jumlah stunting terbanyak di dunia.
Dalam rencana pembangunan menengah nasional (RPJMN), pemeritah menargetkan penurunan dari prevalensi stunting dari status awal 32,9 persen menjadi 28 persen pada 2019.
Bahkan, Presiden Joko Widodo pada rapat terbatas bersama menteri dan jajaran terkait lainnya seirus membahas penanganan stunting.
Jokowi meminta rencana aksi yang lebih terpadu dan memiliki dampak yang lebih konkret.
Mulai intervensi pada pola makan, pola asuh, dan juga yang berkaitan dengan sanitasi untuk menangani permasalahan stunting ini.
Sejumlah langkah yang akan dan telah dijalankan pemerintah untuk mencegah stunting di lingkungan masyarakat adalah dengan lebih memfokuskan program pemberian makanan tambahan di daerah-daerah yang memiliki angka stunting yang tinggi.
"Sebetulnya ini sudah dimulai dari tiga tahun lalu dengan pemberian makanan tambahan. Untuk tahun ini kita akan lebih menyasar dan fokus. Tahun ini kita akan fokus kepada desa-desa yang sudah kita tentukan. Tidak semuanya. Kita hanya fokus kepada 100 kabupaten dan kota," kata Jokowi belum lama ini.
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan 7,8 juta dari 23 juta balita di Indonesia mengalami stunting akibat gizi buruk.
- Si Melon PIK2 Bantu Warga Teluknaga Melawan Stunting
- Sido Muncul Berikan Bantuan Rp 425 Juta untuk Anak Terduga Stunting di Jonggol
- Dinsos P3AP2KB Kabupaten Kudus Andalkan DMS Cazbox by Metranet untuk Atasi Stunting
- Zakat dan Harapan bagi Generasi Bebas Stunting
- Program MBG di Bogor Dimulai, Upaya Baru Tekan Stunting
- Lewat Cara ini BRI Life Turut Berkontribusi Percepatan Pengentasan Stunting di Marunda