Senggolan Nazaruddin
Di PLN Beking Sudah Tidak Ada Gunanya
Kamis, 28 Juli 2011 – 03:03 WIB
Saya penasaran atas pertanyaan-pertanyaan saya sendiri itu. Karena itu, saya mencoba mencari tahu. Hasil penelusuran saya agak mengecewakan: ternyata masih banyak peserta tender yang tidak percaya diri akan kemampuan mereka, lalu punya beking orang kuat. Mereka belum percaya bahwa PLN sudah berubah. Mereka belum percaya bahwa di PLN bisa berubah. Mereka tidak percaya bahwa beking itu sekarang tidak ada gunanya.
Itulah sebabnya mengapa masih ada peserta tender yang merasa perlu memiliki beking. Keberadaan beking itu sendiri punya dua cerita. Ada peserta tender yang memang mencari beking. Ada juga yang justru si beking yang mencari-cari peserta tender. Terutama, yang diincar adalah peserta yang sudah kelihatan punya peluang untuk menang. Si beking lantas menakut-nakuti si peserta tender bahwa kalau tidak dikawal, dia bisa saja kalah.
Emosi peserta tender itu pun menjadi labil. Di satu pihak dia sudah berada di ambang kemenangan. Peserta yang lolos tender tinggal sedikit, katakanlah tiga. Kejiwaannya pun menjadi kemrungsung. Dalam keadaan kemrungsung seperti itu, dia ditakut-takuti oleh si beking. Kalau tidak pakai beking, dia akan dikalahkan. Ketika mengucapkan kata "akan dikalahkan" itu, bisa saja si beking seorang-olah sudah bicara dengan pemilik proyek.
Dalam situasi seperti itu, peserta tender memilih jalan yang paling safe: diterima saja tawaran beking itu. Celakanya, tidak mustahil si beking tidak hanya mendatangi satu peserta, tetapi juga peserta tender lain. Dengan demikian, siapa pun yang menang, beking pulalah yang paling menang.
DUA kali nama PLN disenggol sedikit dalam kaitan dengan Nazaruddin yang kini lagi buron itu. Yang pertama PLN dikaitkan dengan tender batubara yang
BERITA TERKAIT