Seni Kamoro Tak Akan Musnah

Freeport Galakkan Promosi Budaya Kamoro

Seni Kamoro Tak Akan Musnah
KHAS - Dr Kal Muller (kiri) yang sedang menjelaskan soal gendang khas Kamoro, bersama dengan warga asli Kamoro, Presiden Direktur Freeport, Armandi Mahler, serta istri Duta Besar Meksiko, Melda Pria. Foto: Nicha Ratnasari/JPNN.
Lebih jauh Kal menerangkan, dalam membuat suatu karya seni ukir, para warga Kamoro memiliki tradisi ritual yang cukup unik. Untuk membuat suatu gendang yang menggunakan kulit biawak, lanjut Kal, warga Kamoro selalu menggunakan darah manusia untuk mewarnai gendang dan kulit biawak tersebut. "Menurut kepercayaan mereka, darah manusia yang dioleskan di gendang dan kulit biawak tersebut akan mampu mengasilkan suara yang indah," imbuhnya.

Dari mana mereka mendapatkan darah manusia? Kal menjelaskan, darah tersebut didapat dari darah para warga atau seniman Kamoro sendiri. "Bahkan, mereka rela kaki mereka disilet-silet sendiri, di mana kemudian darah yang keluar langsung dioleskan ke gendang dan kulit biawak tersebut," serunya.

Kal yang saat ini berusia 71 tahun mengakui, budaya mistis di Kamoro memang bisa dikatakan masih sangat kental. Sehingga, pihaknya pun berusaha sebaik-baiknya agar kebudayaan lokal Kamoro ini tidak musnah. "Kamoro itu jauh dari peradaban. Jauh dari keramaian layaknya di kota. Ini kebudayaan yang cukup unik dan harus dipertahankan, agar tidak musnah," jelasnya.

Sekadar diketahui, dalam ajang pameran seni Kamoro kali ini, Freeport mendatangkan sedikitnya enam orang seniman asli Kamoro, serta sekitar 140 buah kayu ukiran Kamoro. (cha/jpnn)

JAKARTA - PT Freeport Indonesia yang telah berkomitmen untuk mensosialisasikan kebudayaan lokal Papua, akhirnya mewujudkan salah satu niatnya dengan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News